Quantcast
Channel: Bambang Irwanto Ripto
Viewing all 879 articles
Browse latest View live

Antara Menulis dan Membaca

$
0
0


Bagi seorang penulis, membaca itu tidak bisa dipisahkan. Ibaratnya seperti pancing dan kail, bunga dan kumbang, kamu dan aku dan kamu eeeeaaaa... sedap...
Makanya, orang yang suka menulis, sudah pasti suka membaca. Tapi orang yang suka membaca, belum tentu suka atau bisa menulis.
begitu juga orang yang suka menulis, tanpa disuruh juga akan membaca. Tapi orang yang suka membaca, walau dipaksa menulis juga, belum tentu bisa atau mau menulis.

Makanya agak aneh, kalau orang ingin menulis, tapi tidak suka membaca. Ini seperti, ingin makan bakso sapi, tapi tidak suka daging sapi hahaha... apaaan sih, maksa benar hubungannya. Seperti orang mau berperang, tapi tidak mempunyai senjata kali yaa..
Pernah ada teman yang inbox saya. "Mas Baim, saya ingin menulis. Tapi saya kok tidak suka membaca, ya?"
Maka saya jawab, "Berarti cintai membaca dulu. Menulis itu harus membaca. karena karya yang kita tulis, butuh referensi juga. Dan tidak hanya itu, dari membaca, maka referensi kita akan bertambah, termasuk ide-ide akan berdatangan."
Kalau memang sudah dilakukan tapi tidak bisa, berarti jangan menulis. Setiap orang memang bisa menulis, tapi tidak semua bisa jadi penulis. Sama saja, setiap orang bisa menyanyi, tapi tidak semua bisa jadi penyanyi.
Jadi pembaca saja. Jadi penikmat karya orang lain. karena menulis itu (menurut saya) sesuatu yang enjoy dan menyenangkan. Sesuatu yang dipaksakan, kan hasilnya tidak baik. kecuali, kalau saya dipaksa ditarktir makan bakso, masa saya tidak akan menolak hahaha

Hampir sama dengan sebuah inbox yang mampir juga. "Mas Baim, saya ingin menulis cerita anak. Tapi saya tidak suka anak-anak atau dunia anak?"
Dan jawaban saya, "Jangan menulis cerita anak. Tulis apa yang disukai. Misalnya suka cerita remaja atau dewasa, maka tulis itu saja. Kalau memang tetap ingin menulis cerita anak, cintai dan kenali dulu dunia anak. Bahkan saat menulis cerita anak, kita wajib bermetamorfosis menjadi anak-anak."

Jadi sudah sangat jelas, mambaca dan menulis bagi penulis itu, sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Makanya, penulis, pasti memiliki koleksi buku yang sangat banyak. Mustahil kalau suka menulis, bukunya satu dua biji hehehe. Kapan penulis berhenti membaca, maka tulisannya akan hambar dan garing (ini menurut saya, ya...) Kapan penulis berhenti membaca, maka imajiansinya tidak akan berkembang. Soalnya saat menulis, kita kan perlu baca apa yang kita tulis. Selesai ditulis, kita harus baca lagi, biar ketahuan bagian mana yang perlu diedit. Saat merevisi, bahkan selesai direvisi, kita baca naskah lagi. Saat mau kirim naskah, ya bagusnya dibaca lagi. Saat diterima naskah, ya kita baca lagi naskahnya, termasuk saat ditolak.

Makanya jangan heran, penulis itu akan lapar mata bila melihat tumpukan buku-buku bagus. Diskon baju, sepatu, dan lainnya, bisa dilewatkan saja. Tapi kalau ada postingan buku bagus di facebook, dijamin akan lomba-lomba komen dan pesan. Termasuk kalau ada kuis berhadiah buku gratis hahaha.
Berburu buku itu termasuk sesuatu yang seru dan menyenangkan. Rasanya ada kepuasan saat mendapatkan buku yang diinginkan. Lagi diskon atau tidak, tidak jadi masalah. Bahkan sudah ada dana sendiri untuk membeli buku. Dan memang, harta karun penulis itu adalah buku hehehe..

Beli buku terus apa tidak pemborosan, ya?
Tentu saja tidak. Bagi penulis, membeli buku itu sama saja menimbun harta. Saya pribadi tidak mau rugi saat membeli buku. Misalnya saya membeli buku seharga 100 ribu. Maka saya harus bisa menghasilkan uang 1 juta dari buku itu. Karena dari buku itu, banyak yang bisa saya pelajari, termasuk banyak ide-ide keren bertebaran.
Buku-buku itu juga sumber amunisi penulis. Misalnya penulis dapat orderan menulis sesuatu. Kalau sudah punya buku yang berkaitan, kan memudahkan dalam hal menulis.
Jadi sudah jelas kan, hubungan antara menulis dan membaca itu bagi penulis. Kalau ingin menulis, maka harus banyak membaca. Kalau sudah banyak membaca, tapi tidak ingin menulis, tidak apa-apa. Karena sudah banyak yang didapat dari membaca.
Salam semangat menulis.

Bambang Irwanto



Saya Rajin 'Menjual Diri'

$
0
0
promo cerita-cerita dimuat di media


Saat memutuskan menjadi penulis freelance, yang harus saya lakukan adalah saya harus menulis berlipat-lipat kali dari sebelumnya. Saya harus siap tempur. Waktu saya memang harus lebih banyak banyak menulis.
Kalau dulu seminggu cuma 2-3 cerita, maka sekarang targetnya minimal sehari 1 cerita. Tentu saja, saya harus giat mencari peluang lain. Bila semua itu tidak saya lakukan, maka dapur di rumah bisa-bisa tidak ngebul. Termasuk acara makan bakso akan terhenti hehehe.
Bukan soal itu saja. Saya juga harus berusaha 'menjual diri saya'. Ya, biar orang-orang tau, kalau saya ini penulis, bukan hanya mantan model remaja hahaha.. gaya benar saya ini.



Saya jadi teringat Erfah, teman STM saya yang sampai saat ini kami masih bersahabat. Waktu itu dia ngomong, "Mbang, kalau kita punya sesuatu pada diri kita, maka kita harus tunjukan ke orang. Biar mereka tau. Kalau kita simpan saja, bagaimana mereka tau kan?
Dan memang benar kata Erfah itu. Itulah yang saya terapkan saat "menjual.diri saya" kepada publik. Caranya, setiap ada cerita saya yang dimuat di media, saya pasti posting. Begitu juga, saat ada buku baru saya terbit, saya akan rajin promo. Lalu karena saya ada kelas menulis cerita anak Kurcaci Pos, saya selalu promo kalau ada kelas baru.
Terkadang, kita memang dibantu promo dari lainnya. Misalnya teman promosikan saya ke editor. Teman yang pernah ikut kelas saya, promosikan lagi ke temannya. Tapi tetap, promo sendiri harus selalu dilakukan.

Tapi banyak juga lho, teman yang inbox saya, katanya dia tidak berani posting karyanya di medsos. Takut dibilang pamer lah, riya lah, dan sebagainya. Intinya mereka juga takut menghadapi komen-komen yang tidak menyenangkan. Misalnya , “Baru dimuat sekali saja sudah bergaya.” atau, “Kalau Cuma nulis seperti itu sih, saya juga bisa.”
Padahal, itu anggapan yang keliru. Semua tergantung niatnya sih. Dan kalau saya, selain promo, juga berbagi semangat menulis bagi teman lain.
Dan memang, apa saja yang kita lakukan, itu pasti ada yang suka dan tidak suka. Jadi teman yang suka kita rangkul, teman yang tidak suka, kita hindari saja.


Promo kelas Kurcaci Pos



Alhamdulillah, buku-buku yang saya tulis itu lebih banyak orderan. Ini bukan saya berarti sombong, ya. Buku-buku saya juga masih sedikit. Itu karena para editor melihat karya-karya saya yang saya posting di medsos. Coba saya umpetin saja, tidak bakalan mereka akan mengontak saya hehehe.
Begitu juga soal kelas menulis Kurcaci Pos. Sudah banyak teman yang tidak saya kelas, inbox atau email ke saya ingin ikut kelas. Mereka tau dari promo yang saya lakukan di facebook, instagram, twitter, juga blog. Termasuk promo dari teman-teman.


Begitu juga dengan kegemaran saya memasak. Saya tanpa ragu memposting hasil masakan saya. Walau tentu saja saya masih harus banyak belajar dan terus menggali potensi. Saya ingin publik tau, selain menulis, saya juga bisa masak. Mana tau kan, ada tawaran nulis cerita bertema masakan, ada yang ajak di acara memasak, atau jadi presenter acara jalan-jalan menulis sambil memasak hahaha.. lebay ya, tapi tidak apa-apa. Khayalan dan cita-cita setinggi langit tidak dilarang kok.

Promo buku-buku saya
Saya ada cerita lagi. Pada tau Sarah Sachan kan? Yess... dulu model remaja dan VJ Mtv. Dulu itu, saya sangat keranjingan ikut acara Mtv. Mau acara musik, anungrah musik, anugrah film, sampai acara VJ hunt hahaha.
Maklum saja, saya kan sebelumnya tinggal di Makassar. Jadi awal tinggal di Jakarta, senang saja pergi ke suatu acara dan lihat artis langsung. Ternyata mereka lebih kece daripada lihat di televisi hehehe.

Promo hasil msakan saya

Nah, salah satu acara yang saya hadiri adalah malam Anugrah film Indonesia. Waktu itu diadakan di Balai Kartini. Waktu itu Sarah Sechan jadi MC tunggalnya.
Saat itu, seingat saya, Sarah Sechan itu belum pernah main film. Nah, sepanjang acara, Sarah Sechan terus 'menjual dirinya'. Misalnya, "Eh, para produser, aku bisa akting, lho. Ajakin aku, dong!" ujar Sarah lalu berkali-kali melakukan akting.
Dan apa yang dilakukan Sarah itu sangat jitu. Dia pintar melihat peluang. Saat itu para pemilik PH dan para produser hadir. Dan tidak berapa lama, Sarah Sechan sudah main film. Lalu terus lanjut ke film-film selanjutnya.

Jadi mulai sekarang, jangan ragu buat promosi diri. Pamerkan kemampuan kita kepada publik, biar mereka tau. Jangan takut dibilang pemer, riya, sombong, andebre...andebra, ini ono kucrut... pokoknya So Must Go On... halah... hahaha...sok English.
Kalau ada yang tidak suka dengan promo kita, cuekin saja. Emang gue pikirin. Kalau kita dapat job atau hasil dari menulis, siapa yang senang? Ya, kita juga, kan. Yang penting, apa yang kita lakukan, berguna untuk diri kita dan tidak merugikan orang lain.
Ssalam semangat menulis.

Bambang Irwanto


Jalan-jalan Tidak Sekedar Menghabiskan Uang

$
0
0
         


Belum lama ini, saya melakukan perjalanan sendiri. Bahasa kerennya jalan-jalan hehehe. Sebenarnya keinginan sudah lama, dan baru terlaksana 2-10 mei 2017 kemarin. Sstt.. sebenarnya, karena celengan saya yang berbentuk ayam itu baru penuh hahaha... Kalau waktu sih, saya longga bangeta hahaha.
Perjalanan kali ini, saya mengunjungi 4 kota, yaitu Yogyakarta, Solo, Surabaya, dan Makassar. Tentu saja, ada alasanya, kenapa saya memilih ke 4 kota ini. Selain 4 kota tersebut memang sangat ingin saya kunjungi, juga bisa dilalui secara berurutan. Jadi dari Kebumen tempat tinggal saya, bisa langsung menuju ke Yogyakarta, lalu lanjut ke Solo. Setelah itu ke Surabaya, kemudian terbang ke Makassar, balik lagi ke Surabaya, lalu pulang ke Kebumen lagi.
Sebenarnya, bisa saja saya langsung dari Kebumen ke Yogyakarta, lalu naik pesawat ke Makassar. Bisa juga, saya dari kebumen ke Surabaya. Tapi rasanya kurang seru. Maka saya pun mengalihkan perjalanan melewati Solo juga Surabaya. Tiket pesawat Surabaya-Makassar juga lebih murah, dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam 30 menit. ketimbang tiket pesawat Yogyakarta-Makassar, dengan waktu tempuh sekitar 2 jam.
Untuk cerita kali ini, saya tidak akan membahas dulu pengalaman saya selama mengunjugi 4 kota tersebut (nanti di cerita berikutnya, ya!). Sekarang Saya ingin bercerita, kalau jalan-jalan itu tidak sekedar menghabiskan uang saja. Sangat banyak hal-hal menarik yang bisa kita dapatkan.
Kok, saya berpendapat seperti itu?
Soalnya, sehari saat saya pulang, seorang tetangga menyapa saya. Maka saya pun bercerita soal perjalanan saya itu. Ternyata tanggapannya membuat saya melongo tampan rupawan selama beberapa menit. Menurutnya, jalan-jalan itu hanya menghabiskan uang. Lebih baik dibelikan hal lainnya. Misalnya sawah, kambing, atau sapi hahaha.

Refresing
        Hidup  ini perlu keseimbangan hidup. Jadi jangan hanya diisi dengan satu hal saja (bekerja), tapi juga perlu istirahat. Bagaimana pun juga, tubuh kita butuh libur, termasuk otak kita. Soalnya, apa pun yang kita lakukan setiap hari, dan berulang-ulang, maka pasti akan mendatangkan kebosanan.
          Sebagai seorang penulis lepas, saya memang lebih banyak menulis, dibandingkan melakukan pekerjaan lain. Kalau tidak nulis, kan dapur tidak ngebul hahaha. Menulis setiap hari memang bagus. Tapi tidak bisa dipungkiri, akan menimbulkan kebosanan juga. Biasanya, saya mengakali dengan meninggalkan sejenak menulis. Saya melakukan hal-hal yang saya sukai. Bersepeda, menonton televisi, ke perpustakaan, toko buku, membersihkan taman, juga memasak.
        Jadi boleh lah, kalau sekali-sekali, saya keluar dan lebih jauh dari rumah hehehe... Jalan-jalan tidak hanya menyegarkan pikiran saya, tapi juga bisa mendapat ide-ide baru untuk cerita baru yang akan saya tulis.
        Jangan salah lho, selama melakukan perjalanan ini, saya tetap menulis dan mengajar di kelas Kurcaci Pos. Saya menulis menjelang saya tidur. Jadi apa yang saya lihat dan rasakan seharian itu, langsung saya tulis saja di tablet. Begitu juga dengan kelas kurcaci Pos. Pertemuan tiap senin malam tetap berlangsung, lalu lanjut koreksian tugas. Ya, saya menyelam sambil minum air... halah gayane saya ini hahaha.

Menikmati Tempat-tempat Menarik
       Mengunjungi suatu daerah, pastinya melihat kita melihat hal-hal baru. Apalagi setiap daerah punya tempat-tempat menarik yang berbedaa.
      Misalnya di Yogya ada jalan Malioboro dan pasar Beringharjo. Di Solo ada Pasar Klewer. Di surabaya ada museum kapal selam, juga di Makassar ada Pantai Losari.

Jalan Malioboro (dok.pribadi)
Pasar Beringharjo (dok. pribadi)

       Mengunjungi tempat-tempat itu membuat hati saya senang. Juga suprais. Apalagi kalau memang saya belum pernah mengunjunginya. Kalau pun saya pernah mengunjunginya seperti di Makassar, tetap saja saya girang. Karena memutar kembali otak saya, mengingat nostalgia zaman dulu cailah.. nostalgila keleus hahaha. 

PT. Perkebunan Nusantara Solo (dok. pribadi)

Museum Mandala Makassar (dok, peribadi)
Museum Kapal Selam Surabaya (dokpri)

       Dan.. tempat-tempat menarik itu, bisa saya tulis dan ceritakan di blog untuk teman-temannya lainnya. Jadi secara tidak langsung, saya ikut mengenalkan tempat-tempat menarik di Indonesia pada teman-teman lainnya. Syukur-syukur bisa menarik turis mancanegara juga hehehe.

Wisata Kuliner
       Jalan-jalan tanpa icip-icip, bagaikan sayur tanpa garam halah.. hehehe. Tapi itulah kenyataannya. Mengunjungi suatu daerah, tanpa merasakan kuliner khasnya, kurang lengkap. Apalagi setiap daerah, kulinernya berbeda. Soalnya yang memang biasa ditanya adalah, “Eh, makan apa saja di sana?” atau “Apa makanan enak di sana?”

Coto makassar (dok, pribadi)

          Misalnya ada gudeg di Yogya, tengkleng di Solo, rawon di Surabaya, juga coto makassar dan sop konro di Makassar. Saya tidak hanya tahu kuliner nusantara, tapi juga betapa kayanya kliner nusantara. Padahal asal tahu saja, di Solo dan di Makassar, saya tetap cari bakso, makanan favorit saya hahaha.
          Selain itu, ada juga makanan yang hanya ada di daerah asalnya. Atau ada anggapan, kalau makan di daerah asalnya, akan lebih nikmat. Contohnya kue putu cangkir dari Makassar. Selama saya merantau di Jakarta, juga tinggal di Kebumen, saya tidak pernah menemukan orang yang menjual kue itu. Makanya saya supries, saat bisa menikmati putu cangkir yang biasanya dijajakan di pinggir jalan itu.

Nasi gudeg Yogya (dok. pribadi)

         Karena saya juga hobi masak, maka setiap mencicipi sesuatu, saya akan menilainya juga. Misalnya makanan ini kurang bawang putih, makanan itu kurang garam sedikit dan lainnya. Saya juga tidak malu bertanya apa resepnya. Walau banyak yang berkomentar, “Rahasia...” atau “Maaf, resep leluhur..” hahaha. Tapi saya tidak berkecil hati. Dari cita rasakanya, sedikitnya saya bisa tahu, rempah apa saja yang dimasukan atau dipakai dalam masakan itu. jadi sampai rumah, saya bisa membuatnya.

Teman Baru
      Sepanjang perjalanan, saya selalu dapat teman. Ini hal yang saya sukai. Walau harus diakui, teman baru saya itu kebanyakan bapak-bapak atau ibu-ibu. Mereka lebih suka mengobrol selama perjalanan, dibandingkan para anak muda, yang asyik dengan ponselnya hehehe...
       Saat perjalanan ke Yogya, saya berkenalan dengan seorang Ibu Jumi, yang bolak-balik Kuotarjo-Yogya berjualan baju. Lalu di Solo, saya berkenala dengan Mas Jarot yang (kalau pagi narik becak, lalu malamnya ngojek) mengantar saya dari ke stasiun ke setasiun lagi, juga Mas Abdul, yang bertugas menjaga penginapan tempat saya menginap di solo.. Di Surabaya saya berkenalan dengan Pak Jon dari Papua yang kebetulanm mengunjungi anaknya yang kuliah.  
        Nah, dari obrolan dengan mereka itu, saya banyak memetik pelajaran itu. Bagaimana sebuah perjuangan dan semangat hidup. Otomatis, saya pun semakin bersemangat hehehe.     

Napak Tilas dan Kopdaran
       Nah, ini juga jadi hal utama saya melakukan jalan-jalan. Saya memang lahir dan besar di Makassar. Jadi kota Anging Mamiri itu memang jadi tana kelahiran saya.. cailah. Di sana banyak memori indah yang ingin saya kenang kembali.
       Saat jalan-jalan kemarin, saya tentu saja mengunjungi banyak tempat penuh kenangan bagi saya. Misalnya rumah saya dulu, sekolah saya, perpustakaan tempat saya nongkrong dan sebagainya. Selain itu, saya juga bertemu dengan tetangga-tetangga saya yang sangat baik hati, juga sahabat saya selama sekolah dulu.

Rumah saya dulu yang sudah berubah jadi tiga ruko dua lantai hehehe

         Lainnya, saya bisa kopdar dengan Pak Pangerang. Beliau ini penulis beken cerita remaja zaman majalah Anita Cemerlang dulu. Saya sejak dulu suka dengan cerita-cerita Pak Pangerang, lalu berteman di facebook.
       Sebelum jalan-jalan, saya kontak Pak Pangerang. Eh, beliau antusias dengan kedatangan saya di Makassar. Bahkan Pak Pangerang yang menjemput saya di bandara Hasanuddin, juga mengajak saya jalan-jalan, dan juga traktir makanan hehehe. 
        Bukan hanya itu. Saya pun sharing dan banyak mendapat ilmu lebih banyak tentang cerpen remaja. Wah.. sudah dijemput, diajak jalan-jalan, ditraktir, dapat ilmu menulis lagi. Wah.. untung besar saya kali hahaha. Terima kasih banyak Pak Pangerang.

Buku Kumcer terbaru Pak Pangerang

        Nah, tebukti kan, kalau jalan-jalan tidak sekedar menguras kocek saja. Rezeki masih bisa dicari. Namun pengalaman, apa yang kita dapatkan selama perjalanan itu, akan tersimpan terus di dalam hati. Dan tentu saja, membuat saya semangat lagi melakukan aktivitas, termasuk menulis.
Sekarang,  saya pun semakin semangat menabung, biar celengan ayam segera penuh, dan saya bisa jalan-jalan lagi ke kota lain hahaha....


       Bambang Irwanto

Tips Bila Ingin Ikut Kelas Menulis Gratis

$
0
0

        Belajar menulis itu banyak caranya. Bisa dilakukan belajar sendiri secara otodidak. Belajar sendiri bisa dilakukan dengan proses banyak membaca karya orang lain, lalu mulai menulis cerita sendiri. Proses ini memang lumayan butuh waktu lama dan kesabaran.
        Cara lainnya adalah belajar dari teman lain. Bisa sharing berdua atau ikut kelas. Nah, kelas menulis itu tidak hanya berbayar, tapi juga ada yang gratis. Teman-teman yang membuka kelas menulis itu memang tujuannya ingin berbagi. Dengan belajar menulis dalam sebuah kelas, maka lebih fokus dan hasilnya bisa maksimal.
       Nah, ada tips dari saya nih, bila ingin mengikuti kelas gratis. Biar hasilnya maksimal.

Niat Ikut kelas
        Sejak awal, niatkan ikut kelas itu memang untuk  belajar menulis. Utamanya memang suka menulis. Apa yang kita lakukan karena kita suka, maka hasilnya akan maksimal. Jangan menganggap ingin coba-coba , karena lihat teman lain, dan sebagainya.
       Makanya, pilihlah kelas menulis yang sesuai dan disukai. Kelas menulis itu banyak. Kelas menulis cerita anak, cerita remaja, cerita deasa, artikel, skenario dan lainnya. Jadi jangan misalnya kamu tidak terlalu suka dunia anak, tapi coba ikut kelas cerita anak. Mending kalau suka menulis cerita dewasa, ikut kelas dewasa

Sesuaikan dengan Peraturannya
        Saat ingin ikut kelas, perhatikan persyaratannya baik-baik. Apa sudah sesuai. Mampu tidak mengikuti semua persayaratn. Soalnya walau jenis kelasnya sama, bisa saja aturannya atau proses belajarnya berbeda.
      Misalnya, kelasnya itu sudah ditetapkan waktu dan jadwal, setiap kamis, jam 10.00-12.00 wib. Lalu sharngnya hanya seputar jam itu. Ada juga kelas yang waktunya fleksibel. Jadi tiap minggu ada sharing, tapi waktunya kapan saja.
       Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Kalau waktu dan sharingnya ditentukan, sharing akan fokus, karena berkumpul di waktu yang sama. Jadi kalaua ada tanya jawab, langsung bisa disharng. Hanya memang waktunya terikat. Sedangkan kalau waktunya fleksibel, biasanya pertanyaan dan kapan dijawab itu tidak langsung.
       Jadi perhatikan  soal waktu. Bisa tidak kelasnya sesuai waktu kita. Jadi sesuaikan juga dengan jadwal. Cek, apa tidak ada jadwal yang bentrok dengan kelas. Karena kalau bentrok, akan mengurangi aktivitas di kelas, dan tidak akan maksimal. Kecuali kalau ada acara mendadak.
      Kalau memang kurang sesuai, mending tidka usah ikut. Daripada dipaksakan ikut, bentrok waktunya dengan kegiatan lain, hasilnya tidak maksimal. Sayang juga, karena menutupi rezeki teman lain, yang seharusnya lebih sesuai ikut kelas itu.

Fokus Saat kelas Berlangsung
         Saat kelas berlangsung, usahakan fokus di kelas. Bila kelasnya ditentuka waktu dan jam sharingnya, maka fokus di kelas biar semua yang disharing di kelas itu dapat diserap. Selama sharing, usahakan tetap di kelas. Jangan dolan ke mana-mana.
          Pengalaman saya, apas saya sharing materi, ada yang malah posting status sendiri di luar kelas, ada yang asyik komen status sana sini. Ada yang sudah keluar kelas sebelum waktunya selesai. Ada malah yang tidur hahaha.
         Jadi usahakan menghargai teman yang berkenan membuka kelas gratis itu. Bukannya tidak ikhlas atau hitung-hitungan. Biar bagaimana pun, mereka kan sudah menyedia waktu, berbagi ilmu untuk kita. Belum lagi inet. Jadi layak dihargai.
        Bila sharingnya lebih fleksibel, usahakan selalu rajin masuk kelas. Biasanya sih, kalaua ada info baru di kelas, setiap anggota dapat notif. Jadi usahakan langsung ditengok.

Semangat Setor Tugas
         Kelas menulis itu, pasti ada tugasnya. Kelas menulis cerita ya, tugasnya menulis cerita. Tugas artikel, tugasnyamenulis artikel, kelas  menulis kenario menulis skenario. Usahakan kerjakan tugas dengan maksimal.  Tugas itu pasti diberikan deadlne. Tujuannya biar teman-teman menulis  sesuai target. Jadi usahakan setor sesuai waktu ditentukan.
         Pengalaman saya, ada yang alasan tidka setor tugas karena sibuk, tidak ada waktu. Kan sejak awal ingin ikut kelas sudah disesuaikan waktunya, kecuali ada keperluan dadakan. Lalu pas dicek fb-nya, kok posting foto-foto lagi jalan-jalan hahaha.
        Jangan juga sekali-sekali memberi alasan, “Kak, maaf saya belum setor tugas, karena lagi nulis lainnya.” Kembali pada kesanggupan saat masuk kelas tadi. Kalau sudah sanggup masuk kelas, tidak ada alasan lagi. Kalau sejak awal tidak sanggup, lebih baik tidak ikut kelas. Kasihan menutup rezeki teman lain yang ingin ikut kelas juga.

Aktif di Kelas
         Agar kelas menulis semakin bergairah, seluruh penghuni kelas harus ikut aktif. Biasanya kelas itu ada sharing lalu saling komen cerita. Jadi aktiflah memberi komen dan sebagainya. Jangan maunya ceritanya saja dikasih komen, giliran cerita teman, diam saja. Biar saling memberi semangat.  Istilahnya feed back. Saling memberi dan menerima.
           Kalau misalnya ada keperluan mendadak, misalnya keluar kota, ada acara dan sebagainya, infokan di kelas. Biar tidak ada dusta diantara kita hahaha. Jadi saling megetahui kabar. Tidak menduga, kok si A malas masuk kelas. Kok si B tidak komen-komen di tugas, dan sebagainya. Bukan hanya tugas mentor untuk menyemarakan kelas, tapi semua penghuni kelas. Kalau semua semangat dan saling memberi dukungan, maka kelas akan jadi menyenangkan, dan semangat menulis akan bertambah.

Ucapan Terima Kasih
           Ini biasa lupa diucapkan. Bila sudah selesai sharing, selesai tugasnya disetor, selesai kelas, biasakan ucapkan terima kasih, sebagai bentuk penghargaan. Biar bagaimana, teman sudah meluangkan waktu dan tenaga untuk berbagi.
            Jangan lupa juga kabari kalau ceritamu sudah berhasil dmuat. Teman yang memberi kelas itu tidak mengharap apa-apa kok, termasuk ditraktir hehehe. Dengan memberi tahu, teman yang membuka kelas menulis itu akan ikut bahagia juga, karena apa yang dia bagikan, berhasil dan membawa manfaat. Lalu teruslah menjalan hubungan. Sekedar say hello juga tidak apa- Jangan seperti kacang lupa kulitnya hehehe.
           Boleh kok infokan ke teman-teman sekelas juga. Tidak ada salahkan mengucapkan terima kasih juga pada meraka. Saat posting karya dimuat, boleh tag mereka. Buka pamer atau riya. Tapi justru menambah semangat lainnya untuk terus semangat menulis.
          Nah, itulah tips-tips sederhana dari saya., bila ingin ikut kelas menulis dan hasilnya maksimal. Jangan sekali-sekali beranggapan, ah.. kan gratis ini. Tidak apa-apa kok.
Justru karena ada kesempatan, maka manfaatka sebaik-baiknya. Semoga bermanfaat, ya. Salam semangat menulis.


Bambang Irwanto

Cara Mendonlot Majalah Femina Versi Digital

$
0
0
Siapa yang tidak kenal majalah Femina. Majalah wanita Indonesia ini, sudah terbit sejak tahun 1970. dan sampai sekarang ini masih eksis. Berarti usia Majalah Femina sudah 47 tahun. Wowww... sesuatu sekali.
Dulu Femina terbit setiap minggu. Namun sejak edisi terbaru yang terbit minggu ini, nomor 24/XLV Juli 2017, Femina akan hadir dua mingguan. Harganya juga sedikit  naik, dari edisi sebelumnya 30 ribu, sekarang menjadi 38 ribu.

Majalah Femina terbaru No.24/XLV Juli 2017

Tapi jangan kuatir. Dengan kenaikan harga itu, Femina pun tampil semakin cantik. Lihat saya cover terbarunya yang semakin menarik. Selain itu, walau dua mingguan, Femina juga semakin tebal. Tentu saja dengan isi yang ciamik.
Kok pria baca femina? Eist.. jangan salah. Walau majalah wanita, tapi tidak ada salahnya diintip pria. Jadi pria juga bisa tahu, seputar kehidupan wanita hehehe. Selain itu, saya suka membaca cerpen dan cerber femina (dan lagi belajar menulis cerita dewasa). Makanya saya memperlajari cerpen-cerpen dan cerber-cerber Femina yang keren-keren.
Selain versi cetak, majalah Femina juga hadir dengan versi digitalnya. Harganya pun lebih mudah dari edisi cetak, hanya 29 ribu. Saya sendiri sering membeli versi digitalnya. Ini sangat membantu juga, bagi teman-teman yang sedang jauh dari lapak majalah atau toko buku, atau bahkan yang tinggal di luar negeri.

Majalah Femina edisi digital

Selain itu, edisi-edisi yang sudah lewat juga tersedia. Ada yang gratis dan beli. Jadi tinggal dipilih saja. Dengan begitu, majalah Femina tetap bisa dinikmati di mana saja.
Lalu, bagaimanakah agar bisa menikmati majalah Femina edisi digital. Soalnya banyak yang belum tahu. Banyak juga sudah tahu, hanya belum puas menikmatinya. Ada yang mengeluh susah donlot, berhasil donlot tapi kok tidka bisa dibuka. Baru buka 5 halaman kok sudah error dan sebagainya Berikut saya bagikan tahapannya

Tahap Pertama : Menginstal Aplikasi Femina
Caranyanya sangat mudah. Karena saya menggunakan android, maka saya mengunduh aplikasinya di playstore. Pertama, masuk ke playstore, lalu ketik saja Femina magazine. Maka akan muncul pencarian.


Selanjutnya klik Femina maka akan muncul aplikasi majalah Femina. Selanjutnya tinggal install.


Silakan ditunggu instal sampai selesai. Tidak membutuhkan banyak kuota kok. Cuma 7.44 MB. Menginstal juga sangat cepat.


Setelah selesai, maka otomatis aplikasi majalah Femina akan terpasang di perangkat kita. Tinggal klik, maka awalnya akan dapat seperti ini. 


Tinggal klik ok saja. Maka tampilan femina akan segera hadir.


Menggunakannya fitur-fiturnya juga mudah. Pertama klik saja logo femina di sudut kiri atas, maka akan tampil ini. 


Now reading ini akan membuka edisi Femina mana yang sedang teman-teman baca. Tentu saja setelah mendonlotnya.


Issue ini halaman deretan majalah femina. Termasuk memberi tahu, kalau ada edisi terbaru.


Favorit dan live belum terlalu dipakai
Help itu berisi panduan menggunakan saat membaca majalah Femina.



About hanya seputar info aplikasi.

 Tahap kedua : Cara Mendonlot atau Membeli Majalah Femina
Selesai.. tinggal download atau beli majalah Femina. Silakan pilih majalahnya. Tinggal klik saja sesuka hati. Sangat banyak pilihan. Ingin langganan setahun juga ada.
\
Majalah edisi beli
Majalah edisi free dengan cara donlot
Untuk majalah gratis,teman-teman tinggal donlot saja. Dengan mendonlot, otomatis kuota internet teman-teman akan berkurang. Saya mengecek, untuk satu edisi majalah membutuh sekitar 103 MB. Wah banyak ya? menurut saya sih, sesuai. Karena banyak hal yang bisa kita dapatkan dan nikmati di majalah Femina.
Setelah selesai, tinggal dibaca majalah feminanya.
Sedangkan untuk berbayar, teman-teman klik majalah yang hendak dibeli. Selanjtnya akan muncul ini. Teman-teman tinggal menentukan akan menggunakan metode pembayaran yang mana.


Bila teman-teman menggunakan kartu kredit atau kartu debit, maka silakan dilanjut dikolom berikut.



Bila teman-teman menggunakan metode tukarkan kode, maka akan muncul sepeti ini. klik saja lanjutkan. Lalu masukan kodenya.




Untuk metode ini, sebelumnya teman-teman harus membeli goggle play card, ya. Caranya mudah saja kok. Bahkan sekarang sudah ada di Indomaret. Tinggal bilang saja ke kasir, kalau ingin beli goggle play card pulsa berapa.

Menikmati Femina versi digital

Setelah itu, majalah Femina versi digital sudah bisa dinikmati. Bisa diunduh dengan ponsel. Hanya saya menyarankan lebih bagus menggunakan tablet. Biar membacanya lebih asyik. Saat mengunduh juga, saya sarankan pakai wifi, biar lebih cepat. Baru buka 5 halaman kok sudah error dan sebagainya. Selamat mencoba ya...

Bambang Irwanto 


Bila Ingin Menginap di Hostel Berkonsep Dormitory

$
0
0
 Jalan-jalan memang menyenangkan. Karena banyak hal yang bisa kita dapatkan. Termasuk menambah semangat hidup hehehe. Kalau tidak percaya, simak saya cerita saya di sini. Eh.. kok langsung promo, sih... hehehe.
Nah, bicara soal jalan-jalan ke suatu kota, pasti tidak lepas dari soal mau menginap di mana, ya. Kalau ada saudara atau teman yang kebetulan tinggal di kota itu, mungkin tidak jadi masalah. Bajet juga bisa sedikit ditekan.

Pod House Makassar
Kalau tidak, otomatis kita harus mencari tempat menginap. Waktu saya masih muda belia cerah ceria sih, saya bisa saja menginap di stasiun atau masjid. Tapi kalau sudah usia 17+++ (tambahnya banyak, ya), sepertinya harus menjaga kesehatan juga. termasuk saya tidak memperbolehkan angin masuk ke tubuh saya hahaha.
Sebenarnya sih, saya tidak perlu bingung, ya. Soalnya sekarang sudah banyak bertebaran tempat menginap. Dari Hotel bintang 5 dengan segala fasilitas mewah,  sampai penginapan kelas melati. Bahkan sekarang mudah, karena banyak aplikasi untuk memesan tempat menginap itu.
Masalahnya nih, yang berdompet tipis seperti saya, kalau menginap di hotel mewah tidak kuat. Bisa tidak makan saya, hanya untuk bayar hotel saja. Kecuali ada yang bayarin hahaha. Maka saya harus pintar-pintar mencari tempat menginap yang murah.

Wake Up Homestay Yogya (foto : Wake Up Homestay)

Makanya setelah cek sana sini, saya memutuskan di menginap di hostel saja. Nah, sekarang ini, sedang banyak hostel berkonsep dormitory atau asrama. Saya pun menginap di Wake Up Homestay Yogya dan Pod House Makassar.
Nah, mau tahu apa saja enak dan kurang enaknya (bukan tidak enak, ya) menginap di hostel berkonsep dormitory? Simak selengkapnya di sini. Siapa tau, kalian mau menginap di hostel berkonsep dormitory juga.


Enaknya...

Untuk hostel berkonsep dormitory ini memang harga terjangkau. Saat saya browsing, ada harga sekitar 70 ribu dan di bawah 200 ribu. Di Wake Up Homestay waktu itu135 ribu, sedangkan di Pod House 165 ribu.
          Dengan harga yang ditawarkan, saya merasa fasilitas yang ditawarkan sangat sesuai. Tempat tidur memang tidak besar dan selalu bertingkat. Tapi kasur dan bantal nyaman. Selimut pun bersih. Handuk juga disediakan. Saat menginap 4 malam Pod House, setiap hari handuk saya diganti dan dapat air minum. Sedangkan saat di Wake Up Homestay hanya sehari. Soalnya saya memang paling malas jemur-jemur handuk hahaha. 

Model tempat tidur di Pod House (Foto : Pod House)

       Tempat penyimpanan barang juga ada. Hanya saya sarankan saat menginap di Wake Up Stay, bawa gembok sendiri. Soalnya lemarinya tidak ada kuncinya. Ini agar kita merasa lebih nyaman saat meninggalkan barang kita. Sedangan di Pod House, kuncinya sudah lebih moderen dengan menggunakan sistem magnetik. Ruang menyimpanannya juga banyak. Selain di bawah tempat tidur, juga di samping tempat tidur.
       Yang menarik, semua dapat sarapan Saat di Yogya, sarapannya roti, teh dan kopi. Kalau mau buat kopi dan teh sendiri boleh. Sedangkan di makassar, sarapannya lebih bervariasi. Dari Nasi goreng, nasi kuning, dan nasi uduk.

Salah satu menu sarapan di Pod House (Dok. pribadi)

       Kamar mandi juga sangat memadai. Bersih dan kinclong dan tentu saja berbeda antara kamar mandi pria dan wanita hehehe. Kamar mandi memang konsepnya sama, yaitu, beberapa kamar mandi, beberapa wc, dan beberapa wastafel. Tersedia air panas dan dingin untuk mandi. WC semua sudah model duduk. Hanya memang kamar mandi dan wc tidak disekat penuh, ya. Tapi dijamin kok, tidak ada yang intip. Sedang untuk shampo dan sabun cair, saat di Yogya tidak disediakan, sedang di Pod House disediakan. Tapi tidak masalah bagi mantan kaverboy yang sudah siap peralatan mandi sendiri hehehe. 

Model tempat tidur di Wake Up Homestay (Foto : Wake Up Homestay)

      Nah ini yang pasti dicari. Sinyal wifi tersedia. Kencang lagi. Saat menginap di Yogya, password wifi sudah tercantum di gantungan kunci kamar. Sedangkan waktu di Makassar, tinggal tanya saja pada karyawannya. Jadi enak untuk browsing, keperluan kerja dan sebagainya.
      Lampu beserta saklarnya, juga colokan listrik juga disediakan di tiap tempat tidur. Bahkan di Makassar, ada meja untuk menaruh laptop. Makanya pas di sana, saya pun masih sempat mengajar dan mengoreksi tugas kelas menulis kurcaci pos.
       Jangan takut kegerahan. Walau kamarnya tidak luas, dan banyak temapt tidur, AC di dalam kamar tetap dingin, sedingin cintamu.. eh.. hahaha. Tapi memang kita tidak bisa leluasa mengaturnya. Kalau kedinginan, tinggal pakai selimut hehehe.
          Yang saya suka, kedua hostel tempat saya menginap ini, lokasinya Banyak hostel lokasinya sangat strategis. Nah, ini jadi keunggulan dan daya tarik tersendiri. Saat Wake Up Homestay itu lokasinya strategis sekali. Dekat Malioboro, pasar Beringharjo, alun-alun, stasiun tugu dan lainnya. Jadi bisa dijangkau dengan jalan kaki.

Wake Up Homestay dekat jalan Malioboro (dok. pribadi)

        Begitu juga Pod House Makassar. Hostelnya Itu persis depan pantai losari. Jadi saya tinggal nyebrang saja, atau duduk santai depan hostel. Kemudian dekat dengan Benteng , jalan somba opu dan lainnya. Saya pun bisa menjangkau banyak tempat menarik hanya dengan berjalan kaki. Bahkan dari lantai atas, saya bisa memandang pantai Losari.

Pod House dekat Pantai Losari (dok. pribadi)
         Karena letaknya yang strategis, maka fasilitas pendukung juga serba dekat. Dari minimarket, tempat makan, ATM, sarana angkutan, sampai laundry kiloan. Sangat membantu saya selama di Yogya atau Makassar. Lebih menghemat waktu dan tenaga.
          Satu lagi yang saya suka. Lobi Wake Up Homestay sangat asyik dengan dekorasi menarik. Banyak tempat duduk nyaman, ada seperangkat komputer untuk browsing. Enak banget kalau lagi sarapan, atau ngobrol dengan teman yang kebetulan janjian ketemuan di sana. Sedangkan di Pod House, lantai bawah itu kafe. jadi mau ngopi-ngopi di bawah atau di depannya, mantap banget. dekorasi juga sangat menarik. Semua cocok untuk selfie-selfie manjah hehehe.


Kurang Enaknya 
      
           Selalu sesuatu itu, pasti ada enak dan tidak enaknya. Nah, begitu juga saat menginap di hostel berkonsep dormitory. Dan kekurangan ini bukan dari hostelnya ya, tapi dari saya yang merasakan saja hehehe.
           Nah, ini pertama yang agak-agak gimana gitu hahaha. Jadi ternyata kamar dormitori itu ada berbagai macam. Ada yang khusus wanita, ada yang khusus pria, ada yang campuran.
           Makanya pas di Yogya, saya degdegan dapat kamar campuran. Soalnya saya takut tergoda wwkwkw.. gaya benar saya ini. Untunglah, pas saya menginap, tidak belum banyak tamu. Bahkan saya tamu pertama yang menginap di kamar yang saya tempati itu. Baru menjelang sore, terus malam, ada dua tamu pria lainnya. 
       
kamar mandi Pod House (foto : Pod House)
       Kerena tempat tidurnya rata-rata bertingkat, mungkin bagi sebagian orang akan kurang nyaman, kalau satu tempat tidur dengan orang lain. Terutama yang di bawah. Misalnya, kalau orang yang di atas kita itu sopan, pasti permisi setiap turun atau naik. Kalau tidak, bisa kesal juga hehehe. Untunglah pas saya menginap, tempat tidur atas kosong semua. Jadi saya bisa tidur-tidur tampan manjah hahaha.. apaan sih?
        Namanya juga kamar bersama, jadi privasi memang kurang terjaga. Walau ada tirai atau kamarnya di sekat-sekat, tetap saja. Misalnya saat ada yang ngorok, itu jelas banget terdengar. Atau saat ada tamu yang menerima telepon. Suara pelan saja terdengar, apalagi kencang. Aduh rahasia bisa tau semua hehehe.
        Kamar mandi memang di luar kamar dan digunakan bersama. Cuma kebetulan saya perginya bukan musim liburan, maka tidak antre saat mau ke toilet atau mandi. Saya sih, membayangkan kalau pas musim liburan. Wih.. antre. Jadi tidak boleh lama-lama mandi manjah  hehehe.
      Makanya yang sering ke kamar mandi, mungkin agak terasa, ya. Terasa cepeknya hehehe. Lagi enak-enaknya tidur, ke kamar mandi. Terus saat buka dan tutup pintu, itu jelas terdengar dan bisa menganggu tamu lain.
        
Kamar mandi Wake Up Hometay (foto : Wake Up Homestay)
        Terakhir ruangan memang terbatas. Karena ruangnya sangat dibuat optimal, maka fasilitas menang yang sangat diperlukan saja. Jadi jangan harap ada televisi dalam kamar hehehe. Untuk yang sekedar rnumpang tidur, mungkin tidak masalah. Saya saat menginap, tidak pernah nonton. Soalnya pergi pagi pulang malam hahaha.
      Terus jangan berharap bisa salat di kamar. Solusinya harus cari musala atau masjid terdekat. Tapi kedua hostel ini, dekat dengan masjid kok. Saya juga tidak 24 berada di kamar. Jadi tidak masalah buat saya, karena saat saya berada di luar, saya bisa salat di mana pun saya berada.
      Dan saya mengamati, memang tamu rata-rata hanya transit sebentar melepas lelah. Misalnya ada yang batu cek ini magrib, tapi pukul 5 subuh sudah cek out. Mungkin dari luar kota, dan dapat jadwal penerbangan pagi. Ada juga yang habis, kemalaman, dan menginap. 
      Nah, terakhir, tidak ada lift. Jadi naik turun harus lewat tangga. Tapi bagi saya tidak masalah, sih. Bisa sambil olahraga juga hehehe. 
       O, iya. Berhubung keduanya letaknya dekat jalan raya, maka memang sedikit bising. Misalnya suara musik dari kafe di depan Wake Up Homestay. Atau kalau ada acara di depan pantai Losari, maka suaranya sangat terdengar sampai kamar Pod House. Tapi saya nikmati saja hehehe.

     Nah, itulah pengalaman saya menginap di Hostel jenis dormitory. Kapok, ya? Tidak kok, saya justu pengin menginap lagi di dua hostel tadi, juga menjelajah hostel-hostel di kota lain. Soalnya seru dan menyenangkan menurut saya. Kita bisa belajar menghargai dan menghormati orang lain. Saya pun merasa cocok saja. Apa mungkin karena dulu saya anak kontrakan, ya? Jadi sudah terbiasa berbagi fasilitas hahaha.
       Tapi memang sih, hostel konsep dormitory ini lebih cocok bagi yang bepergian atau backpeper. Atau pergi bareng-bareng. Kurang cocok untuk pasangan yang menginginkan privasi lebih atau keluarga terutama yang memiliki anak bayi dan anak kecil. Intinya, sesuaikan semua dengan kebutuhan dan keperluan, biar semuanya jadi menyenangkan.



Bambang Irwanto    

Panik ‘Over Dosis”

$
0
0
      Siapa yang pernah panik? Pastinya semua pernah mengalami. Dari panik karena dompet ketinggalan di kamar mandi umum, panik kunci rumah terjatuh di jalan, panik belanjaaan tertinggal, panik anak terkunci di kamar mandi, dan sebagainya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, panik itu....


      
        Saya pun suka panik. Pernah saya panik, saat salah masukin nomor pin. Kok bisa blank. Padahal sudah saya hapal luar kepala. Pernah panik saat pas sampai di tempat kerjaan, kok dompet tidak ada di saku celana. Padahal ketinggalan di rumah. Pernah juga panik saat mau naik kereta, kok tiketnya tidak ada di tas kecil. Padahal tiketnya dipegang saudara hehehe. Pokoknya banyak.
      Tapi cerita terbaru dan menurut saya paling membuat saya panik ‘over dosis’ adalah saat saya berada di solo dan perjalanan menuju ke Surabaya. Pokoknya, saat itu saya hanya kepikirannya, harus tiba di Surabay tepat waktu hehehe.
       Waktu itu kan, saya berencana ke Makassar. Nah, biar seru, saya dari Kebumen lewat Yogya, Solo, Surabaya, baru ke Makassar. Saat menuju Kebumen-Yogya, lancar aman. Saya naik kereta Joglokerto harga 50 ribu. Saat dari Yogya ke solo, saya naik kereta Prambanan ekspres dengan tiket 8 ribu saja. Nah, rencananya, dari solo ke surabaya, saya naik kereta Api Mutiara Selatan seharga 165 ribu.


      Perhitungan saya nih, pesawat saya kan pukul 16.30 wib. Dari Solo saya berangkat pukul 02.35 wib dan tiba di Stasiun Gubeng pukul 06.24 wib. Jadi waktu saya masih sangat banyak bersantai-santai tampan manjah sebelum berangkat ke Makassar. Makanya biar tenang, saya sudah memesan tiketnya via online. Jadi di stasiun Solo Balapan, saya tinggal cetak tiket.    
     Malam jumat, sesuai rencana, saya sudah siap-siap di penginapan saya di Solo. Baju sudah rapi dipacking kembali. Saya pun sudah membeli makanan di kafe Tiga Tjeret yang tidak jauh dari penginapan saya.Saya pun sedang menchas tablet saya, biar nanti bisa digunakan. Tidak lupa, saya sudah kontak Mas Jarot (Abang ojek), agar menjemput saya pukul 12 malam saja. Siangnya pun, saya sudah bilang ke Mas Imran, pengelolah penginapan, kalau saya akan cek out pukul 12. Semua rencana sudah saya susun rapi.
     Selesai shalat isya dan makan malam, saya mengaktifkan tablet saya yang sudah selesai dichas. Ternyata langsung ada notif email dari aplikasi tempat saya membeli tiket online. Mata saya langsung melotot, melihat pesan email itu 


     Inti pesannya, jam penerbangan saya yang tadinya pukul 16.30 wb, jadi 05.50 . Waduh piye iki...
Saya langsung panik berarti saya harus sudah di bandara paling lambat pukul 5 pagi. Keburu tidak ya? Saya kebayang, kalau saya telat, maka tiket saya ini akan hangus, dan jadwal yang sudah saya susun rapi akan berantakan. Mau beli tiket baru, sayang sekali. Apalagi kan, bawa duit pas-pasan hahaha.
     Saya langsung telepon Mas Jarot. Cukup lama juga diangkat. Dan sepertinya Mas Jarot lagi latihan gending jawa atau apa itu, karena saat telepon, terdengar jelas alunan gending jawa. Saya lagsung ceritakan semuanya. Mas jarot menyarankan naik travel saja. Saya pun langsung setuju. Walau itu artinya, tiket kereta api saya hangus. Tapi masih mending, daripada tiket pesawat yang hangus.
      O, iya, saya mau cerita dulu. Mas Jarot ini kebetulan yang mengantar saya ke penginapan, pas baru tiba di stasiun Solo. Saya ingat, akan naik kereta dini hari. maka saya pun meminta Mas Jarot untuk mengantarkan saja nanti. Jadi cerita kami sudah janjian hehehe.
       Lanjut ceritanya, ya. Saya langsung minta Mas Jarot segera ke penginapan menjemput saya. Tidak lupa saya pun langsung menelpon Mas Imran. Saya laporan akan cek in sekarang saja. Mas Imran kaget, karena katanya saya akan cek out pukul 12. Saya jelasin saja semua. Dan teryata... Mas Imran lagi nongkrong di depan penginapan. Gaya banget ya, saya pakai nelpon. Ya namanya panik hahaha.
    Saya pun bergegas. Selang berapa menit Mas Jarot sms kalau sudah depan penginapan saya pun pamit ke Mas Imran, sambil terus berdoa semoga sampai Surabaya tepat waktu. Jujur sih, saya sempat ngomal-ngomel kecil. Aduh seenaknya saja ‘memajukan’ jadwal blabla dan sebagainya.
   Mas Jarot pun memacu motornya menuju terminal Tirtonadi. Api sebelumnya saya minta dicarikan atm dulu. Soalnya uang di dompet memang persiapan kalau naik kereta. Kalau naik bus kan, harus keluar modal lagi. Untung masih cukup. Kebetulan pas mau berangkat, ada teman ikut kelas privat. Lalu honor Go Girl sudah masuk. Eh, ada tambahan dari cerita anak dimuat di Solopos. Alhamdullillah...
     Akhirnya saya dan Mas Jarot sampai di terminal Tirtonadi. Kami segera menuju travel. Tampak sebuah mobil siap jalan terpakir di depan tarvel. Mas jarot pun bertanya, apa ada tarvel ke urabaya. Bapak pemiliknya menunjuk mobil itu,” ini mau ke sana, Mas!” horeeee... saya pun lega. “Mas nunggu sopirnya saja lagi ke toilet.”
   Selang lima menit, Pak sopir nongol. Saya pun menjelaskan, kalau saya harus sampai Surabaya sebelum jam 5 subuh. Pak sopir langsung menggeleng,” Ndak bisa eh, Mas. Paling cepat jam enam. Saya ndak berani ngebut. Lagi banyak perbaikan jalan.”
    Aduh... saya langsung lemas. Bagamanakah nasib saya selanjtnya? Rasanya jiw dan raga saya mellayang Hahaha lebay sekali saya. Lalu Pak Sopir memberi saran, “Naik bus Eka saja, Mas. Ada jam sembilanan dan bisa cepat.”
   Terbit lagi harapan baru. Saya pun mengambil keputusan naik bus itu, walau hasil pahitnya, saya telat sampai di surabaya dan tiket hangus. Yang penting saya sudah berusaha. Saya pun terus komat-kami berdoa. “Ya, Allah, tolong lancarkan perjalanan saya. Tiba tepat waktu di surabaya.”
   Mas Jarot kembali memaju motornya ke pintu keluar stasiun. Saya beruntung, karena bus Eka yang akan saya tumpangi, tampak sudah keluar dari terminal. Mas Jarot segera menyetopnya, dan saya pun bergegas naik ke bus. Tidak lupa saya minta maaf sudah Mas Jarot, dan mengucapkan terima kasih. Saya pun mnyelipkan 50 ribu ke saku celana Mas Jarot (Maturnuwun sanget, Mas Jarot).


     Saya pun memilih duduk di kursi paling depan di semping seorang ibu. Ibu itu dari rumah saudarnyaa di Solo dan akan pulang ke Surabaya. O, iya, kalau tidak salah ingat, tiketnya 85 ribu, dapat minuman mineral botol ukuran 600 ml. Juga dapat tiket makan saat bus singgah untu beristirahat. Saya pun ditanya darimana dan mau ke maana, saya jelaskan, kalau penerbangan saya dimajukan.   
      “Bisa kok. Bisa. Bus ini sampai surabaya jam 4. Saya kan, sudah biasa naik bus ini.”
      “Duh, rasanya plong sekali. setidaknya harapan saya semakin besar. Rasanya saya pengin peluk ibu itu, karena sudah memberikan saya harapan besar lagi hahaha. Saya pun komat kamit, agar perjalanan saya lancar.  Dan saya pun semakin senang saat Ibu itu ngomong lagi.
       “Mas mau kuliah di sana?”
        Wih.. saya merasa seperti anak muda usia awal 20-an. Mungkin karena bus itu lampu dalamnya dimatiin. Jadi kerutan di wajah saya tidak terlihat hahaha.
      Walau agak tersendat di daerah mana itu ya, akrena ada bus terperosok, saya sampai terminal Purabaya atau di sebut juga Bungurasih pukul setengah 4. Aduh leganya. Sopirnya keren. Walau jalanan sepanjang Solo - Surabaya ada bekelok, ditrabas saja. Dan sukses membuat saya muntah dua kali hahaha.
       Setelah sampai di terminal Purabaya, saya pun bergegas mencari bus Damri tujuan bandara. Banyak ojek menawari. Tapi untung Ibu di samping saya tadi sudah mengingatkan, kalau lebih enak naik bus Damri atau taksi. Busnya ada di sebelah utara atau selatan terminal ya. Saya pun langsung naik. Lega.


      Saya menyandarkan kepala saya di kursi bus damri, lalu menarik napas lega. Iseng-iseng, saya membuka hape saya yang sejak tadi tidak saya intip. Ada beberapa pesan, diantaranya dari maskapai penerbangan yang akan tumpangi. Isinya :


       Huwaaaah... saya kaget lagi. Ternyata jadwal penerbangan saya diundur, bukan dimajukan. Di emailkan ditulisnya pukul 05.00 sekian-sekian. Hanya saya tidak teliti AM atau PM. Sepertinya oesan di hape saya masuk, mungkins saat saya sedang membeli makanan di kafe Tiga Tjeret.
Haduh... perasaan saya langsung kayak gado-gado hahaha. Jadi memang bukan salah siapa-siapa. Dan soal mundur jadwal 1 jam lebih itu, masih bisa saya maklumi. Saya saja yang panik hahaha.



        


       Dan akhirnya saya sukses sampai di bandara Djuanda pukul 5 subuh. Hari masih gelap, matahari belum menampakan diri. Daaaaan... Saya pun duduk nonkgrong tampan-tampan manjah, selama 12 jam menunggu waktu keberangkatan saya hahaha. Dari terbit fajar, sampai terbenamnya matahari wkwkwkw...Ya, mau diapa lagi. Namanya juga panik. Panik Over Dosis hahaha. Tapi pengalaman ini bisa jadi pelajaran bagi saya. Tenang.. tenang, dan tenang hahaha...

Bambang Irwanto

Cara Asyik Menikmati Coto Makassar

$
0
0
Nikmatnya coto Makassar (foto dokumen Pribadi)

Siapa yang sudah pernah makan coto makassar?
Yang sudah pernah makan, pasti ingin terus menikmatinya kan? Sedangkan yang belum pernah mencicipi coto makassar, ayo coba. Pasti akan kepengin terus hehehe. Soalnya coto makassar itu sangat lezat.
Coto makassar atau sering disebut coto mangkasara itu, salah satu makanan tradisional daerah Makassar. Saya juga belum mengerti, kenapa namanya coto, bukan soto, seperti daerah lain. Tapi malah jadi beda, ya. Makanya dulu, ada anekdot sih, apa perbedaan coto dan soto? Jawabannya, kalau soto daging sapi, kalau coto daging capi hahaha... ada-ada saja.
Coto Makassar itu terbuat dari daging, ati, paru dan jeroan sapi lainnya. Tapi ada juga sih, dari daging kerbau. Mungkin karena daging kerbau lebih mahal, maka kebanyakan pakai daging sapi. Daging dan jeroan sapi dimasak lama sampai empuk, lalu kemudian dipotong-potong dan disajikan bersama kuah coto penuh rempah yang dinikmati bersama ketupat atau buras. Tapi kebanyakan ketupat, dan saya lebih pas. Buras saya suka menikmati bersama Bajabu atau abon ikan.
Sebagai orang yang lahir dan besar di Makassar, tentu saja coto makassar tidak asing lagi bagi saya. Bahkan saat saya merantau ke Jakarta, saya pun masih tetap bisa menikmati coto makassar di daerah Kelapa Gading atau kampung melayu. Hanya kalau di Makassar, ciri khasnya adalah kuah dimasak dalam kuali besar dari tanah liat. Jadi mungkin di situlah letak kenikmatan lebihnya hehehe.
Bagi orang makassar, mungkin sudah mengerti dan tau cara menikmati coto makassar. Dan itu ada cara asyik menikmati coto Makassar, lho.  Mau tau caranya? Berikut saya bagikan kepada teman-teman.

Ketupat siap disantap (foto : dokumen Pribadi)

          Pertama, saat memesan coto makassar, pilihlah isiannya sesuai selera. Dan biasanya, saat memesan, akan ditanya kok, isiannya apa? Soalnya isian disesuaikan selera. Bisa daging saja, atau campur jeroan lainnya. Karena kan, tiap orang beda-beda. Ada yang suka ini, ada yang suka itu.
       Jadi daging dan jeroan coto makassar itu, tidak langsung dicampur ke kuah. Saat direbus pun dalam keadaan besar-besar. Baru saat hendak dihidangkan daging dan lainnya diiris-iris, lalu dimasukan ke mangkuk, baru dituangkan kuahnya.
        Yang penasaran, boleh saat membeli coto makassar, diintip penyajiannya. Jadi rata-rata, penjual coto makassar itu, punya garpu mata dua (bukan mata tiga) untuk mengambil daging dan jeroan, lalu mengiris-irisnya saat disajikan. Kalau saya sih, sukanya daging, ati, dan paru saja. Kalau isiannya sesuai selera, kan makannya jadi nikmat.
         Setelah coto makassar terhidang di depan kita, saat mengoreksi rasa. Jadi cicipi dulu sedikit kuah cotonya. Nanti tinggal disesuaikan dengan selera kita. Bisa tambahkan jeruk nipis, kecap, juga sambal. Karena sudah tersedia jeruk nipis, maka jangan cari cuka lagi, ya hehehe. Kemudian, bisa ditambakan bawang goreng, daun bawang, dan daun seledri yang memang disediakan. Rasanya yang pas saat menikmati coto, dijamin coto akan tandas hahaha
         Setelah rasanya pas, saatnya coto dinikmat bersama ketupat. Di mana ada coto makassar, pasti di sana ada ketupat hehehe. Walau Kadang juga tersedia buras. Jadi tinggal pilih saja sesuai selera. Hanya jangan coba pesan nasi putih, ya. Saya rasa tidak pas hehehe. Apalagi ketupat makassar itu rata-rata selonsongannya terbuat dari daun pandan, bukan daun kelapa. Jadi rasanya, lebih enak dan elbih harum.
        Lalu bagaimana cara makan ketupatnya?
        Jadi ketupat tidak dimasukan ke dalam mangkuk coto. Apalagi kalau dimasukan semua, dijamin kuah akan luber. Apalagi ukuran mangkuk coto makassar itu kecil. Mungkin biar nambah lagi, ya hehehe.
        Jadi, pertama, belah ketupat jadi dua. Dan rata-rata ketupat coto makassar itu sudah diiris dua bagian, bukan diiris jadi empat bagian. Setelah itu, pegang ketupat dengan tangan kiri. Ukuran ketupat coto makassar tidak terlalu besar kok, jadi akan mudah dipegang.
        Keruk ketupat satu kali sendok. Setelah itu, celupkan ke dalam kuah coto bersama isiannya. Sendok coto makassar itu adalah sendok bebek dan terbuat dari stenlisteel, bukan dari plastik. Jadi ketupat, isian, dan kuah dijamin muat hehehe. Terakhir, masukan ke mulut, lalu nikmati lezatnya coto makassar.  Lakukan cara ini berulang, sampai ketupat dan coto habis. Kalau masih kurang, bisa tambah lagi. Pasti dapat senyum manis dari penjualnya hehehe.
       Terakhir, pilih minuman yang sesuai. Kalau saya sih, saat cuaca panas, saya akan pesan air putih biasa saja. Kalau cuaca agak dingin, saya pesan teh manis hangat. Soalnya saya menghindari memesan minuman dingin. Coto makassar itu kan, enaknya dinikmati saat masih panas. Jadi kalau coto makassar sudah panas, ditambah minuman dingin. Gigi saya ngilu. Jadi pilih yang pas dan sesuai selera saja hehehe.
      Sederhana dan mudah saja kan, cara asyik menikmati coto makassar. Coba saja, dan rasakan beda dan kenikmatannya hehehe. Kalau belum bisa, boleh kok ajak saya makan coto makassar. Nanti saya ajarin. Asal traktir dua mangkok dan 3 ketupat ya hahaha...
Bambang Irwanto



Oli Federal Matic, Oli Motor Matic Saya

$
0
0
Sejak dua tahun lalu, saya membeli motor matic. Saya sangat senang, karena motor itu saya beli dari hasil menulis. Walau awalnya saya cicil 23 bulan, tapi saya berhasil melunasi 18 bulan saja. Ini membuktikan, rezeki menulis datang darimana, kan? Hehehe.
Yang namanya mempunyai motor, pasti tidak terlepas dari perawatan dan servis. Untuk perawatan, paling saya cuci sendiri. Kalau kotor sekali, baru saya pergi ke steam motor. Ibaratnya orang, sesekali perlu perawatan ke salon hehehe.
Untuk servis, saya selalu servis di dealer resmi. Tapi yang sangat saya perhatikan, adalah oli mesinnya. Saya ingat ucapan pemilik bengkel dekat rumah saya, “Pak tidak apa, kalau motor tidak rutin diservis, asalkan olinya rutin diganti. Apalagi kalau pakai sendiri.”
Ehm, benar  juga sih, kata Bapak pemilik bengkel itu. Soalnya, motor saya memang pakai sendiri. Jadi selanya tahu sendiri. Kadang pun tidak setiap hari. Malah kadang kalau saya sibuk menulis dan tidak ada urusan keluar rumah, bisa seminggu motor saya nganggur tampan di rumah hehehe.
Makanya, saya sangat memperhatikan soal pergantian oli motor saya. Soalnya Oli itu banyak sekali fungsinya. Selain sebagai pelumas, juga sebagai pendingin dan penyekat. Oli itu kan, mengandung lapisan-lapisan halus, yang mencegah benturan antara logam dan logam komponen dalam mesin.
Jadi Setiap 1,5 bulan, saya pasti mengganti oli motor. Menurut yang saya baca, waktu penggantian oli motor yang benar, termasuk oli motor matic, itu saat jarak tempuh 3000 km atau sekitar antara 1 sampai 2 bulan.  Saya pun selalu melingkari tanggal atau memasang alarm di ponsel saya, kapan terakhir saya mengganti oli. Jadi saat waktunya ganti oli, saya tidak lupa lagi.
Sejak awal mempunyai motor matic, saya selalu menggunakan oli Federal khusus matic. Ada dua macam, yaitu Federal Matic 30 dan federal Matic 40. Dan sesuai spesifikasi motor matic saya, dan juga membaca di website Federal Oli, maka saya memilih oli Federal Matic 40.


foto : Oli Federal


Oli Federal Matic 40 dan juga Oli Matic 30 ini mempunya cara kerja yang sama, yaitu “2x Revolusi Dingin”.  Maksudnya, dengan formula yang dimiliki, oli Federal Matic, bekerja 2x daripada oli lainnya, mendinginkan mesin motor kita. Jadi tentu saja motor matic kita tidak akan cepat panas.
Jadi kalau mesin motor kita 2x lebih dingin, maka dijamin akan 2x lebih efektif berfungi pada motor matic kita. 2x efektif melumaskan mesin, 2x efetif bekerja mencegah benturan-benturan logam pada mesin motor. maka mesin motor bekerja 2x lebih efektif  juga. Oli bekerja 2x sebagai pelumas mesin, juga bekerja 2x mendinginkan mesin motor. Jadi mesin motor matic saya tidak cepat aus. Walau dipakai seharian dan perjalanan jauh, mesin tetap dingin.
Saya pernah lho, dari Kebumen menuju Jakarta naik motor matic saya ini.Karena saya bukan Valentino Rossi, maka saya melajukan motor maksimal 60 Km/jam saja. Alhasil, saya menempuh 12 jam perjalanan untuk sampai di Jakarta.
Tapi saya kan memang tidak dikejar waktu. Jadi saya santai dan menikmati perjalan. Kerena itu, mesin motor saya tidak terlalu panas. Ini membuktikan Oli Federal Maticbekarja 2x untuk motor matic saya.
Keunggulan selanjutnya adalah,  Oli Federal Matic 2x Revolusi Dingin, 2x lebih kencang . Tidak dikebut juga, motor saya melaju kencang. Ya, karena 2x lebih efektif tadi, maka mesin motor matic saya tetap terjaga performanya. Tentu saja, mesin motor bekerja dengan baik. Ini membuat motor saya bisa 2x lebih kencang, kalau motor larinya kencang, urusan mau ke sana ke sini kan jadi lancar.
Selama motor matic saya memakai Oli Federal Matic, saya merasa mesin motor matic saya makin 2x lebih bandel. Mau dipakai apa saja, lancar. Misalnya, saat saya mengunjungi obyek pantai Jeti Cilacap. Saya naik motor ke sana. Waduh, saya sempat nyasar masuk kampung dan jalan sempit. Terus masuk ke pantainya rusak. Tapi motor saya tetap bandel. Bandelnya 2x. Bisa dipakai lebih lama waktunya, dan lebih jauh perjalanannya. Jadi tidak perlu diservis terus. Ya, karena itu tadi, Oli Federal Matic bekerja 2x melindungi panas motor saya, makanya motor matic saya bisa berjalan 2x lebih mantap juga.
Pokoknya Oli federal ini, merupakan oli motor terbaik. Pokoknya apa-apa kalau serba 2x, pasti lebih mantap. Misalnya saya 2x lebih bersemangat menulis, maka hasil yang saya dapat akan 2x juga. Makan bakso pun bisa dobel hehehe. Coba saja teman-teman lihat iklan Oli Federal Matic 2x Revolusi Dingin. Sangat keren sekali. 


O iya, kalau teman-teman punya pengalaman pakai Oli federal mac 2x seperti saya, boleh kok ceritakan juga. Tulis saja pengalaman teman-teman di blog, lalu ikutkan lomba. Hadiahnya bikin mata hijau dan hati berbunga-bunga, lho. Kalau tidak percaya, cek saja di info lomba selengkapnya



Biar saat saya bilang, “Eh, itu kan oli motor gue...”

Maka teman-teman bisa langsung nyahut, ”Itu kan oli motor kita juga.”

Bambang Irwanto 

Jangan Ikut-ikutan Saya Jadi Penulis

$
0
0
                       
Foto : Bambang Irwanto - Lokasi Museum Bank Mandiri Jakarta

Menulis itu sesuatu yang menyenangkan. Jadi kalau dijalanin dengan enjoy, senang hati, maka hasilnya akan bahagia. Soalnya sesuatu yang dilakukan dengan ikhlas tulus dari lubuk hati yang paling dalam, hasilnya akan maksimal cieee.. gaya benar bahasanya hehehe.
Banyak teman yang bertanya pada saya, Mas Baim, kapan waktu menulisnya, di mana tempat favotir menulisnya, dan sebagainya.  Bahkan ada yang minta difotokan tempat menulis saya. Katanya pengin lihat ruangan yang membuat saya produktif menulis hehehe.
Sebenarnya, teman-teman tidak usah ikut-ikutan meniru saya dalam dunia menulis ini. Soalnya kalau asal ngikut saja, bisa bahaya, dan hasilnya tidak akan maksimal. Lho kok gitu? Kalau penasaran, saya jelaskan saja, ya. Cekkidot...

Jangan Ikut-ikutan Saya Menulis
        Ini hal utama dan penting, ya! Saat melihat karya saya dimuat di media, atau ada buku saya terbit, maka jangan langsung ikut-ikutan saya. Mau jadi penulis juga, atau setidaknya langsung pengin menulis. Lalu ikut-ikutan apa yang saya tulis. Wih... enak tuh dapat honor. Wih.. enak tuh nanti dapat royalti.
        Menulis itu bukan ikut-ikutan atau coba-coba, ya. Menulis itu memang niat dan ingin menulis. Senang menulis, dan karena ada sesuatu yang ingin dibagikan pada orang lain. Seperti yang saya tuliskan tadi, menulis itu memang harus datangnya dari lubuk hati yang paling dalam ciyeeee lagi... hehehe.
        Jadi mantapkan dulu hatimu. Kamu ingin menulis memang niat menulis, atau hanya coba-coba atau ikut-ikutan saja. Jangan karena kamu tergoda saja melihat keberhasilan penulis lain. Padahal mereka sampai tahap itu, karena proses yang panjang.

Jangan Ikut-ikutan Menulis Apa yang Saya Tulis
       Kalau memang sudah niat menulis dan suka menulis, maka boleh deh, lanjut ke tahap berikutnya. Pokoknya sudah oke ya, di bagian pertama tadi. Nah, sekarang tentukan, teman-teman mau menulis apa.
      Tidak usah ikut-ikutan mau menulis cerita anak seperti saya, kalau teman-teman memang tidak suka dengan cerita anak. Ada teman yang bertanya, “Mas Baim, saya ingin nulis cerita anak, tapi saya tidak suka dunia anak?” maka jawabannya,  “Jangan menulis cerita anak, tapi menulis sesuatu yang kamu sukai. Suka dunia remaja, tulis cerita remaja. Suka nulis artikel, tulis saja artikel.”
       Tapi kalau kamu tetap keukeh dan suka ikut-ikutan kayak saya, maka kamu harus belajar. Saya kasih tau resepnya nih. Pertama, cintai dan sukai apa  Lalu banyak baca apa yang akan kamu tulis terus pelajari. Lalu tulis deh dengan semangat. Segala sesuatu di dunia menulis ini bisa dipelajari kok. Jadi kalau semangat belajar, maka bisa menulis banyak jenis tulisan.
 
Jangan Ikut-ikutan Waktu Menulis Saya
        Saya suka menulis di pagi hari. Menurut saya, karena pagi hari, pikiran saya masih fresh. Jadi ide-ide cerita yang sudah ada, bisa dikembangkan dengan cepat. Makanya, setelah sarapan dan mandi, saya langsung buka laptop.
       Tapi tidak ada keharusan kok. Kalau kebetulan saya ada urusan di pagi hari, atau bahkan seharian, maka saya buka laptop dan menulis setelah sampai rumah. Kalau ada ide, saya langsung catat di hape dulu. Biar tidak lupa. Nanti saat sampai di rumah, baru dieksekusi.
      Jadi teman-teman tidak usah mengikut waktu menulis saya., seperti juga saya tidak mengikuti waktu menulis penulis lain. Karena tiap penulis mempunyai kesenangan waktu menulis berbeda-beda. Ada yang suka menulis di pagi hari seperti saya, ada yang siang, malam, sore, atau malah dini hari. Jadi tentukan sendiri waktu yang pas denganmu. Karena cocok untuk penulis lain, belum tentu cocok untuk teman-teman.
      Saya sesekali pernah mecoba menulis dini hari. Hasilnya, esok harinya kepala saya pusing 10 keliling. Makanya saya mengatur dan menentukan waktu menulis saya sendiri. Tapi waktu ini tidak jadi patokan atau harga mati. Waktu menulis saya tetap bisa saya fleksibelkan sesuai aktivitas saya.

Janagn Ikut-ikutan Tempat Menulis Saya
      Menulis itu sebenarnya bisa di mana saja. Apalagi sekarang perangkat sudah mendukung. Ke mana-mana bisa bawa laptop, tablet atau bahkan hape. Kebayang kan, zaman dulu harus nenteng monitor dan CPU komputer hahaha.
     Hanya memang, ada tempat favorit setiap penulis. Semacam sugesti, kalau nulis di tempat itu, ide-ide lebih mengalir, dan menulis lebih lancar. Makanya banyak teman yang suka di kafe, mall, perpustakaan, bahkan di kamar setrikaan hehehe.
      Kalau saya suka menulis di meja tulis di kamar saya. Meja tulis itu peninggalan Bapak saya. Terbuat dari kayu jati dengan 3 buah laci di sebelah kanannya. Kalau kursinya sudah beberapa kali ganti. Soalnya patah terus hahaha.
      Saya nyaman menulis di sana. Jadi laptop juga tidak pernah pindah ke mana-mana. Yang pindah-pindah saya hahaha. Maksudnya kalau mau ke belakang ambil cemilan. Saya pun bebas mau ngetik sambil angkat kaki hahaha.
     Saya pernah mencoba ngetik di perpustakaan. Hasilnya, saya malah asyik membaca buku. Saya pernah iseng bawa laptop ke mall. Nulis kagak, punggug pegal manggul laptop hahaha. Saya pernah coba ngetik di spot wifi. Kayaknya asyik juga kalau ngetik sampi wifi. Ternyata listriknya anjlok melulu. Ngetik gagal, batterai bisa rusak hehehe. Jadi cari dan tentukan, teman-teman sukanya nulis di mana.

Jangan Ikut-ikutan Proses Menulis Saya
      Proses menulis di sini, maksudnya  proses saat menulis cerita, ya. Kalau saya prosesnya sekarang begitu ada ide, saya ketik langsung ceritanya dari awal sampai akhir. Selesai saya endapkan, baru kemudian saya edit kembali.
     Teman-teman tidak usah mengikuti proses menulis saya, juga penulis lain. Temukan sendiri proses menulis yang menyenangkan. Misalnya, kalau nyaman pakai kerangka karangan atau draf dulu juga bisa. Bahkan masih nyaman menulis dulu di buku tulis atau hape, baru dipindahkan ke laptop juga tidak masalah. Pokoknya apapun caranya, tujuannya naskah harus selesai hehehe.


Jangan Ikut-ikutan Gaya Menulis Saya
     Setiap penulis itu, pasti punya gaya menulis yang berbeda-beda. Hampir sama seperti penyanyi,  punya gaya sendiri saat bernyanyi, dan itu membedakan dengan penyanyi lain. Vina Panduwinata, Krisdayanti, dan Rossa, saat diminta menyanyikan lagu Almarhum Chrisye, pasti cara menyanyi berbeda.
       Sampai saat kita memejamkan mata, dan hanya mendengarkan suaranya, kita tau siapa yang menyanyi. Sama dengan gaya tulisan. Walau misalnya saat kita membaca sebuah cerita, namun tidak ada nama penulisnya, maka dari gaya bahasanya, kita bisa tau siapa penulisnya.
     Pernah cerita saya dimuat di Majalah Bobo. Judulnya Tuan Garam dan Nona Gula. Kebetulan Bobo lupa mencantumkan nama saya. Tapi Mbak Tuti Sitanggang SMS saya. Saya heran kenapa Mbak Tuti tau itu cerita saya? Mbak Tuti jawab, gaya menulisnya khas Mas Bambang.
      Untuk awal menulis, tidak apa-apa meniru gaya penulis lain. Tapi seiring waktu, akan muncul gaya menulis sendiri. Seperti gaya berbicara kita sehari-hari saja. Jadi kalau sudah punya gaya sendiri, tidak perlu mengikuti gaya penulis lain. Dan itu yang saya alami. Proses menulis, ternyata membuat saya punya gaya sendiri dalam menulis.

Jangan ikut-ikutan Pendukung Menulis Saya
      Kalau yang ini soal boster untuk tubuh agar semangat menulis, ya. Misalnya teman penulis ada setiap menulis pasti menyediakan kopi atau apa, biar mata tetap melek.
      Kalau saya sih, biasanya sedia cemilan, air putih, juga stell radio. Jadi saat mengetik, saya sambil ngemil dan dengar radio. Saya juga tidak lupa minum air putih. Tidak ketinggalan, ngetik sambil angkat kaki hahaha. Pokoknya tubuh saya harus selalu sehat. Soalnya modal penulis itu sehat. Kalau sehat, ide-ide apa saja bisa lancr dieksekusi.
     Tapi teman-teman tidak usah mengikuti cara saya. Sesuaikan dengan diri teman-teman saja. Jangan ikut-ikutan menyetel radio atau musik, padahal sukanya menulis di keheningan hehehe. Jangan ikut-ikuta minum kopi, padahal kurang cocok.

       Nah, jadi jelas ya, teman-teman tidak usah ikut-ikutan saya. Teman-teman cari dan temukan sendiri apa yang sesuai untuk teman-teman. Biar menulis itu jadi menyenangkan dan membawa kebahagiaan. Salam semangat menulis...

Bambang Irwanto

       

Yaaah... Ternyata Beras Maknyuss....

$
0
0

Minggu-minggu terakhir ini, sangat ramai pemberitaan soal beras Maknyuss. Semua sudah pasti tau ya, soal penggerebekan gudang beras Maksyuss di daerah Bekasi oleh aparat kepolisian. Soalnya disinyalir, beras produsen beras Maknyuss melakukan kecurangan.
Saya pun penasaran dan mengikuti pemberitaan tersebut. Jujur saja sih, sehari-hari saya tidak mengkonsumsi beras Maksyuss. Tapi beras Cierang yang harganya sekilo antara 8000-8500. Pokoknya tidak pernah mencapai harga 10 ribu.
Beras Maknyuss, langsung mengingat saya pada Pak Bondan Winarno. Dan memang Pak Bondan yang jadi iklan beras Maknyuss ini. Saya juga langsung ingat. Bulan Mei 2017 kemarin, saya mengajak krucil berlibur ke Jakarta. Kami pun menginap selama 10 hari di rumah adik saya di Depok. Kebetulan, adik saya mengkonsumsi beras Maknyuss. Dan saya rasa, beras Maksyuss enak-enak saja kok.
Saya memang kaget, mendengar berita soal beras Maknyuss ini. Apalagi kan, langsung viral. Tiap hari buka facebook, pasti ada postinga soal beras Maknyuss. Dan kayaknya rata-rata mendukung hehehe.
Makanya, saya makin penasaran. Kayaknya, saya tidak bijak, kalau ikut komen sana-sini, padahal tidak membuktikan sendiri soal beras Maknyuss itu. Walau kemarin sempat menikmati beras Maknyus di rumah adik saya, tapi rasanya tidak puas kalau tidak mencoba dan mencari kebenaran sendiri.
Maka tadi pagi sekitar pukul setengah 7, saya sudah keluar rumah. Kebetulan ada buku yang mau dikirim, dan ingin cari ikan segar. Jadi sekalian saja saya mau cari beras Maknyuss.
Setelah urusan kirim buku , dan beli ikan selesai, maka saya pun mencari beras Maknyuss. Pertama saya menyambangi minimarket Alfamart. Soalnya kemarin saya baca di facebook, ibu-ibu dapatnya di Alfamart. Ternyata beras Maksyuss tidak ada. Saya pun lanjut ke Indomaret. Stok beras Maknyuss pun kosong.
Saya lalu meluncur ke swalayan Mitra yang lebih besar. Saya ingat, kebetulan pas puasa melihat beras Maknyuss di sana. Ternyata kosong juga. Akhirnya saya menyusuri toko-toko biasa. Walau dalam pikiran saja, wah.. biasanya kalau beritanya heboh begini, sesuatu itu akan susah dicari dan harganya selangit.
Setelah mendatangi beberapa toko, akhirnya saya menemukan beras Maknyuss. Harganya 65 ribu untuk ukuran 5 kg. Jadi sekilonya 13 ribu, ya. Jadi memang benar salah satu postingan di facebook. Yang bilang beli beras Maknyuss sampai 85 ribu per 5 kilogram itu beli di mana? Sayangnya, saya lupa minta notanya. Sampai rumah saya baru ingat. Tapi percayalah pada saya, pria tampan  rupawan, lucu, imut dan menggemas. Saya memberi bukti, bukan janji hahaha.. apaan seeeh..



Sampai rumah, saya langsung buka  kantong berasnya, lalu saya tumpah sedikit di petapi. Beras Maknyuss ini memang sangat bersih, tidak ada kotoran atau menir sama sekali. Saat dituang ke petapi atau tampah, terdengar suara kirik..kirik...kirik, yang menandakan beras Maknyuss sangat kering. Saat saya remas-remas di telapan tangan saya, tidak meninggalkan putih-putih dan tangan saya tetap bersih. Saat saya cium juga, berasnya tidak wangi. 
Jadi benar ya, beras Maksyuss tanpa 3P, pemutih, pengawet ,dan pewangi. Tanggal kadalursanya juga jelas tercantum. Jadi kita tau beras yang kita beli. Selain itu dicantumkan juga kandungan gizinya.






Eh, pas saya tuang berasnya, ternyata ada kupon undiannya, lho. Girang banget saya, bakal dapat hadiah. Pas saya buka, yaah... undiannya sudah berakhir Juni 2017. Anda belum beruntung hahaha. Tapi tidak apa-apa. Rezeki kan darimana saja hehehe.




Karena sangat penasaran, saya pun langsung ingin mencoba memasak beras Maknyuss ini. Padahal orang rumah sudah memasak nasi. Tapi untunglah rice cooker saya ada dua. Jadi acara mencoba beras Maknyuss tetap jalan hehehe.
Saya pun mengikuti petunjuk memasak pada kemasan beras Maknyus. Cukup 2 gelas dulu. Karena sudah bersih, maka beras Maknyuss cukup dibilas sekali saja. Air bilasan juga terlihat bersih. Setelah itu, tinggal masukan ke rice cooker.




Sekitar 25 menit kemudin, tombol rice cooker sudah berpindah ke hijau. Itu artinya nasi sudah matang. Tapi seperti biasa, saya mendiamkan dulu selama 15 menit. Baru setelah itu, nasih saya aduk.


Sip... kini saatnya mencoba dan membuktikan kembali beras Maknyuss. Saya pun menempatkan Maknyus di piring. Kebetulan lauk juga sudah matang. Dan ternyata.... beras Maknyuss memang enak kok. Rasanya pulen. Kayaknya lauk apa saja, bisa tetap lahap dengan beras Maknyuss hehehe.



Akhirnya, saya menyerahkan kembali pada teman-teman. Saya sudah mencoba dan membuktikan. Beras Maknyus masih seperti sama kualitas dan rasanya, dengan beras Maknyuss yang saya makan di rumah adik saya.
Di sini yang ingin saya tegaskan, tulisan ini saya tulis atas keinginan saya sendiri. Bukan job review atau permintaan dari pihak tertentu. Tujuannya, agar saya membuktikan sendiri kebenarannya. Agar tak ada dusta, di antara saya dan beras Maknyuss... Eh hahaha. Beras Maknyuss.. memang Maknyuuuuss....

Bambang Irwanto



Saya Tidak Suka dicuekin

$
0
0
        Semalam tidak sengaja saya melihat akun instagram Mbak Dewi Irawan, kakaknya Mbak Ria. Saya suka sekali. Bu Dewi banyak memajang foto-foto jadul seputar dunia perfilman zaman dulu. Termasuk foto keluarga. Saya jadi tau, Kalau Pak Bambang Irawan itu dulu selain aktor, juga produser film dan mempunyai PT Agora Film. Sedangkan Bu Adek Irawan memang cantik pisan dari dulu hehehe. Nama Asli Bu Adek Irawan ternyata Arzia. Ternyata namanya juga Adek, bukan Ade. Soalnya Ibu saya dulu nyebutnya Ade hehehe 

        
Sumber : IG Mbak Dewi Irawan

       Lainnya, saya bisa melihat film zaman dulu, termasuk foto-foto aktor dan aktrisnya. Semua sangat berkarakter. Ternyata, sejak dulu sudah ada gala premier ya! hehehe.. ke mana saja saya. Jadi setelah pemutaran perdana filmnya, para pemain film segera berdiri di pintu keluar. lalu mengucapkan, "Terima kasih sudah menonton filmnya!" Eh, ternyata, Mas Erwin Gutawa juga pernah main film, lho.

Saya juga suka dengan gaya bahasa Mbak Dewi. segar, menyentil, dan lucu. Misalnya di postingan saat menjadi kaver majalah remaja Gadis di tahun 80-an. ah harga Majalah gadis masih 680 rupiah. 
Cuma mau ksh tau aja..
dulu pernah cakep n kurus..
klo skrang kamu liat aku tua n gendut...
itu sialnya kamu



Sumber : IG Mbak Dewi Irawan



hehehe... lucu banget kan...


Pas lihat salah satu foto, iseng saya komen, "Bu Dewi sangat mirip dengan Mbak Yuni Kartika, mantan pemain bulutangkis."
Soalnya memang mirip banget, dan membuat saya respon menulis komentar.
Wah, tidak berapa lama, langsung direspon oleh Mbak dewi. Baik sekali Mbak Dewi ini. di sela waktu sibuknya, masih mau membalas komen saya.

Sumber : IG Mbak Dewi Irawan


Senang, tentu saja dong.
Rasanya senang saja, kalau kita mendapat perhatian. Dan rasa senang saya terbawa sampai saat ini. Saat hendak tidur, saya senang. Pas bangun tidur, saya senang. Jadi semangat sampai hari ini menjalani hari.

Saya jadi kebayang nih, jangan-jangan "para fans" saya di medsos, juga merasakan hal itu. Jadi saat mereka komen dipostingan saya, lalu saya respon, maka mereka merasakan senang seperti apa yang saya rasakan saat ini hahaha.. #GayaBenarSayaIni

Sejujurnya, kalau saya (Kalau saya ya, bisa beda dengan orang lain) sangat suka, kalau komentar saya direspon oleh pemilik postingan. Saat teman membuat postingan, itu sama saja dia sedang membuka pintu rumahnya untuk menerima tamu. Ibaratnya tamu datang, ya harus disambut. Apalagi kalau kenal.

Makanya kalau pas saya komen di postingan teman, lalu tidak dibalas, saya tidak suka.
Termasuk kalau Cuma dibalas dengan ikon. Apalagi kalau komen lain dibalas atau direspon, komen saya tidak. Huh.. pengin rasanya makan bakwan sepiring hahaha. Ibaratnya, saya bertamu, tamu lain disambut, saya dicuekin. kasihan benar saya hahaha. Masa komen orang tampan ruwapan, imut lucu, menggemaskan tidak dibalas hahaha #GayaBenarSayaIni





Begitu juga saat saya ditag seseorang di postingannya. Pas saya komen, cuma dilike atau jempol. Itu saya jengkel sekali. Pengin rasanya makan 2 mangkok bakso hahaha.
Ibaratnya, sudah diundang bertamu, sudah datang, tapi dicuekin. Kasihan deh, gue! Maksudnya apa toh? Ingin mengundang dunia persilatan? hahaha... Kalau sudah begini, saya kapok lagi komen di postingan teman itu. Jangan sampai hati saya tersakitkan lagi.. cailah... so cuit...

Menghargai orang lain memang sangat saya junjung. Makanya saya tidak suka dicuekin. Teman cuek pada saya, saya hapus dari pertemanan. Seleb yang tidak folbek saja, saya unfollow wkwkwkw. Bahkan editor penerbit besar saya hapus dari pertemanan, karena email dan inbox saya dicuekin hahaha.. memang #GayaBenarSayaIni

Makanya, saya selalu berusaha membalas setiap komentar yang mampir ke postingan saya (kecuali komen ikon). Kalau saya lagi OL, pasti saya balas, kecuali memang komennya pas saya sedang tidak OL dan terlewatkan. Tapi saya segera susuri beranda saya. jadi kalau ada yang lewat, segera saya balas. Biar 'para fans' saya senang hahaha #GayaBenarSayaIni

Dan sejujurnya, respon Bu Dewi itu membuat saya sangat senang, dan otomatis membuat hati gembira. Seorang aktris besar, mau menyempatkan diri merespon saya yang hanya butiran debu ini hehehe.
kalau sudah begini, saya pun mendoakan Bu Dewi sehat selalu dan terus berkiprah di dunia perfilman, dan lancar rezeki. Aamiin...

Bambang Irwanto


Serunya Wisata ke Kota Tua (Museum Bank Mandiri)

$
0
0
CeritaBambangIrwanto - Jakarta memang kota yang memikat. Bukan saja gedung-gedung menjulang tinggi, tapi banyak lho, tempat wisata murah meriah dan menyenangkan. Salah satunya wisata kawasan kota tua.
          Makanya dengan hati riang gembira, saya  berjalan-jalan ke kawasan Kota Tua. Letaknya di sebelah utara kota Jakarta. Saya ke sana naik busway. Enak lho, sepanjang perjalanan, saya bisa menikmati pemandangan kota Jakarta.


Pukul 09.15,  saya sudah sampai di halte busway kota. saya lalu turun, dan menuju pintu keluar. Jalanannya keren, berada di bawah tanah. Suasananya juga keren. Ada kolam, lalu di atasnya ada payung warna-warni. Saya menyempatkan sarapan dulu. Di sana banyak penjual makanan dan buah. Biar kuat jalan-jalannya hehehe...
Setelah perut kenyang, saatnya Saya memulai wisata. Di kawasan Kota Tua ini sangat banyak museum, dan letaknya saling berdekatan.  Jadi bisa dengan berjalan kaki saja. Pertama, saya akan mengunjungi Museum Bank Mandiri. Sudah siap mengikuti perjalanan saya? Ayo... berangkaaaaaat!

Museum Bank Mandiri
Begitu keluar dari penyeberangan bawah tanah, saya langsung sampai di depan museum bank Mandiri. Saya segera masuk. Mungkin karena masih pagi, pengunjung belum ramai. Malah yang baru saya yang datang berkunjung. Rajin sekali saya ini hahaha...  Sebelum masuk saya membeli tiket dulu. Untuk umum, harga tiketnya 5 ribu rupiah.


Setelah membeli tiket, saya lalu berbelok ke kanan. Eh, ada sepeda ontel yang menyambut. Saya pun menyempat diri  untuk melihat-lihat dulu area depan. Wah, Saya  membayangkan suasana zaman dulu. Pasti di sini dulu ramai sekali orang-orang bertransaksi seputar perbankan. Apalagi ornamen gedung ini masih asli seperti dulu. Tampak diorama atau patung-patung yang menggambarkan kegiatan perbankan. Ada yang sedang mengetik, melayani nasabah, juga sedang membicarakan urusan perbankan.





Setelah puas melihat-lihat bagian depan, Saya lalu berbelok ke kiri. Sebelumnya, ada dua orang cewek yang memeriksa tiket. Sepertinya mereka anak sekolahan yang sedang PKL atau magang di museum ini.
Saya pun kembali  berbelok ke kiri. Ini adalah bagian samping dari ruang perbankan. Dari sisi ini, saya bisa menyaksikan diorama-diorama lainnya. Tuh, ada seorang Bapak yang sedang berdiri seolah-olah sedang melayani nasabah.




Selanjutnya saya berbelok ke kiri lagi Ternyata belok kiri terus, ya.. hehehe). Jalan ini yang menuju ke ruang dalam ruang perbankan tadi. Suasananya masih seperti dulu. Di dinding tampak foto-foto zaman dahulu. Setelah pintu keluar, saya belok ke kiri lagi, baru ke kanan. Saya pun sampai ke ruang dalam.




Dari sini, saya bisa langsung melihat benda-benda yang dipakai untuk kegiatan perbankan dulu. Seperti mesin tik, mesin hitung, stempel, buku besar, dan lainnya. Bahkan televisi hitam putih, kipas angin, juga telepon putar masih ada. Meja dan kursinya juga masih asli, lho. Ada juga ruang arsip. Sayangnya, banyak yang tidak ada keterangannya. Misalnya mesin tik yang dipajang dibuat tahun berapa? Berapa lama digunakan?




Saya paling tertarik melihat patung yang diletakkan di ruangan itu.  patung itu adalah replika Dewa Hermes yang terdapat di gedung Escomptobank di jalan Pintu Besar Utara Jakarta Kota. Tentu saja saya tidak ketinggalan selfie-selfie di sini hehehe...


Puas, saya lalu berjalan menuju ujung ruangan. Wah.. dindingnya keren. Mesin ketik dan benda-benda lainnya diatur sedemikian rupa. Eh, saya juga sempat selfie-selfie lagi di sini hehehe... Selain itu, masih ada juga benda-benda tua yang dipamerkan di sini.


Selanjutnya, saya berjalan ke sisi kiri. Di sini ada 4 mesin atm yang dipajang. Ada juga foto-foto pembuat atm dan juga keterangannya. Tidak jauh dari situ, ada ruang film dan penyimpanan arsip juga.





Setelah itu, Saya melangkah turun ke bawah. Begitu turun tangga, ada kursi dan meja. Sepertinya ini tempat petugas jaga. Jadi sebelum masuk, harus diperiksa dulu. Siapa tahu dulu ada yang iseng suka bawa bakso hehehe...


Di sini ruang brangkas dan penyimpanan surat berharga. Suasananya di sini sepi sekali. untung ada dua cewek anak PKL yang tadi berjaga di pintu masuk. Tampak mereka sedang menghapal apa saja yang ada di ruang brankas dan apa kegunaannya.


Saya melihat banyak sekali brankas tua. Pasti dulu ini tempat penyimpanan uang dan barang-barang berharga milik bank atau milik nasabah. Ada juga ruang khusus penyimpanan emas. Masih diperlihatan ada tumpukan emas, tapi emas bohongan hehehe. Lalu saya mengikuti kedua cewek anak sekolahan tadi. Mereka masuk ke ruang safeti box. Wah, pintunya tebal sekali. Pas saya dorong, berat sekali.





Safeti box ini dulu bisa disewa oleh nasabah untuk menyimpan barang atau surat berharga. Setiap sefety box ada nomornya, dan kata sandinya hanya nasabah yang tahu. Setelah ruang safeti box, ada ruang uang. Di sini uang dipamerkan dari uang kepeng sampai uang kertas edisi terbaru. Ada juga peti tempat penyimpanan uang. Juga dipamerkan cash box atau kotak uang tunai. Tenyata dulu terbuat dari kayu.






Dari ruang ini, ada ruang penyimpanan surat berharga. Tampak beberapa surat berharga dipamerkan. Ruang ini diberi pengaman palang-palang seperti penjara. Pastinya agar keamanannya lebih terjaga waktu itu. Kemudian dari sini, ternyata jalannya tembus ke ruang brankas tadi. Jadi dari sini, kita tidak perlu berputar jalan balik. Bisa langsung keluar. Saya pun ikut keluar.




Di salah satu sisi pintu keluar, ternyata ada kafe jadul. Pasti dulu para Menier-menier dan Nyonya belanda makan dan minum di kafe ini. Meja dan kursinya juga masih asli seperti dulu. Bahkan di dinding ada iklan-iklan jadul hehehe. saya pun sempat selfie-selfie di sini. Membayangkan seolah jadi Menir-menir Belanda hehehe. Dari sini, saya kemudian keluar, dan siap-siap ke tempat lain.


Kira-kira saya mau ke mana, ya? Nantikan postingan selanjutnya ya, teman-teman.

Bambang Irwanto


5 Hal yang Membuatmu Tidak Cocok Jadi Penulis

$
0
0



Siapa sih, yang tidak senang jadi penulis terkenal. Buku selalu best seller, tulisannya di mana-mana, banyak fans, banyak tawarin menulis. Kalau sudah begini, royalti akan banyak, dan honor terus mengalir.
Pengin jadi penulis?
         Boleh saja. Setiap orang berhak kok berkeinginan jadi apa saja. Termasuk ingin menjadi penulis. Tapi perlu disadari, kamu bisa atau tidaknya jadi penulis, tergantung kamu sendiri. Nah, sebelum memutuskan jadi penulis, coba cek 5 hal di bawah ini. siapa tahu ada pada dirimu. Bila ternyata ada, berarti kamu tidak cocok jadi penulis.

Suka copas >>> Plagiat
        Nah, ini paling utama. Kalau kamu suka copas tulisan orang lain, jangan coba-coba jadi penulis. Copas hanya membuat kamu malas, dan tentu saja tulisanmu tidak akan pernah original. Bahkan lama-lama, kamu akan jadi seorang plagiat yang bisanya contek tulisan orang sana-sini.
         Kalau sudah plagiat, maka kamu tidak akan dapat apa-apa, termasuk kebahagiaan menulis. Kamu malah membohongi dirimu sendiri, karena merasa sebagai penulis, tapi hanya sebagai seorang penyontek. Bangga mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri. Adanya, kamu akan kena blacklist dan akan mendapatkan hal-hal yang  tidak menyenangkan.
        Jadi kalau kamu termasuk poin pertama ini, silakan berhenti membaca postingan ini. Kamu tidak cocok jadi penulis. Dunia menulis tidak menerima seorang plagiat. Istilah “haram” hukumnya plagiat.

Hanya ikut-ikutan Menulis
        
Kalau kamu mau jadi penulis karena melihat kesuksesan penulis lain, segera balik badan saja. Cari hal-hal yang bisa kamu lakukan, dan sesuai dengan kesukaanmu. Menulis itu karena niat dan suka menulis. Jadi bukan ikut-ikutan.
        Ikut-ikutan menulis, hanya akan membuat dirimu cepat bosan menulis. Karena sebenarnya kamu memang tidak sepenuhnya ingin menulis. Akhirnya, kamu meninggalkan menulis.
      
Tidak suka membaca
      
Menulis dan membaca itu pasangan sejati. Jadi kalau tidak suka membaca, sebaiknya jangan jadi penulis. Dari awal menulis, kita sudah harus membaca naskah yang sedang kita tulis. Begitu juga saat mengedit, saat merevisi, termasuk mencari reverensi. Pokoknya menulis itu dipenuhi membaca. Yang suka membaca saja belum tentu bisa menulis (jadi penulis), apalagi yang tidak suka membaca. Ibaratnya, kamu berjalan di kegelapan. Jadi jangan buang-buang waktumu dengan menulis, tanpa diiringi membaca.

Ingin Cepat Bisa Menulis
        
Menulis itu adalah proses. Jadi sangat banyak tahapan yang harus dilalui, dan bukan dalam waktu singkat. Jadi kalau kamu ingin cepat bisa menulis dengan instan, dijamin tidak bisa. Menulis tidak bisa dicapai dalam waktu sebentar.
        
Menulis bukan seperti mie instan. 5 menit bikin, langsung bisa dinikmati. Kenyang lagi. Setiap proses menulis harus dijalani dan dinikmati dengan senang hati. Biar semua proses pembelajaran akan bisa diserap. Jadi saat berhasil, ada ‘sesuatu’ kebahagiaan yang kamu rasakan dari menulis

Menulis Karena Uang
     Karena menulis adalah proses, jadi tidak mungkin bisa langsung mendatangkan uang. Jadi kalau niatmu menulis ingin cepat dapat penghasil, lebih baik lakukan hal lain. Proses menulis sudah lama, belum nunggu pemuatan di media, begitu juga proses buku.
       Jadi pertama, menulislah karena suka. Karea ada sesuatu yang ingin kamu curahkan. Karena ada sesuatu yang ingin kamu bagikan kepada orang lain. Menulisnya dengan enjoy. Nikmati proses. Jika kamu sudah jalani semua, maka ‘bonus’ dari menulis akan menyapa. Tulisan dimuat di media, tawaran buku berdatangan, buku terbit, dan lainnya.

     Itulah 5 hal yang harus kamu perhatikan. Bila ternyata ada pada dirimu, sebaiknya tidak jadi penulis. Karena waktunya akan terbuang sia-sia. Jadi lebih bagus melakukan hal-hal yang sesuai dengan dirimu kan?
       Tapi kalau kamu tetap keukeh mau jadi penulis, dan mau meninggalkan semua 6 hal itu, maka semangatlah menulis dari sekarang. Nikmati semua proses menulis, dan biarkan smeuaindah pada waktunya. Salam semangat menulis...

Bambang Irwanto



Serunya Wisata ke Kota Tua (Museum Bank Indonesia)

$
0
0

      CeritaBambangIrwanto-Salam, teman-teman. Kemarin kan, teman-teman sudah mengajak teman-teman menyusuri museum Bank Mandiri. Bila belum membacanya, bisa mampir ke sini, ya!
      Nah, sekarang saatakan  melanjutkan kembali perjalanan saya menyusuri wisata kota tua Jakarta. Kali ini, saya akan mengajak teman-teman mengunjungi museum Bank Indonesia. Apa sih, bedanya museum Bank Mandiri dengan Museum Bank Indonesia? Daripada penasaran, yuk kita mulai perjalanan saja.

Serunya Menyusuri Museum Bank Indonesia
       Setelah keluar dari museum Bank Mandiri, saya lalu belok ke kiri. Cukup berjalan kaki saja, soalnya museum BankIndonesia berada pas di samping museum Bank Mandiri.
Sebelum masuk ke museum, sejenak saya mengagumi dulu arsitektur gedung museum Bank Indonesia ini. Memang bangunan zaman dulu itu keren-keren. Selain arsitekturnya keren, bangungannya juga kokoh.

                                     
      Setelah puas memandang bangunan museum Bank Indonesia, saya pun melangkah masuk. Ternyata jam operasional museum Bank Indonesia ini,  sama denganjam operasional museum Bank Mandiri. Jadi hari selasa sampai minggu buka. Hari senin dan libur nasional tutup. 


       Saya menapaki anak-anak tangga. Tentu saja, saya harus membeli tiket dulu. Tiketnya juga 5 ribu untuk umum. Jadi dijamin tidak menguras isi dompet hehehe. Setelah membeli tiket, saya menuju penitipan tas dulu. Walau tas saya sih, ukurannya kecil hehehe.


       Setelah titip tas, saya segera menuju pintu masuk museum. Suasana di sini lebih ramai, dibandingkan di museum Bank Mandiri tadi. Museum Bank Indonesia  ini baru diresmikan kembali tahun 2009. Jadi desainnya dalamnya sangat moderen. Di pintu masuk, ada dua orang petugas. Mereka dengan ramah menyambut kedatangan saya. Apa karena mereka tahu ya, kalau saya ini penulis cerita anak terkenal, dan mantan kaverboy ya hahaha.... gaya benar saya ini.



     
        Sebelum masuk museum, ada semacam lobi. Di sini tersedia komputer yang berisi info gedung museum Bank Indonesia. Ada juga display tentang info museum Bank Indonesia. Saya hanya sebentar di area ini, karena sudah tidak sabar ingin melihat isi museum Bank Indonesia.



       
      Pintu masuknya keren sekali. Saya langsung disambut dinding yang ada layar proyektornya. Terus bentuk  ruangannya juga keren. Pencahayaan sengaja dibuat remang-remang. Saya pun semakin bersemangat.


     
      Setelah area proyektor, ternyata ada bioskop mini. Sayang pas saya datang, belum ada jampertunjukan. Saya pun lanjut melangkah ke area selanjutnya.


       Area selanjutnya adalah, zaman sebelum kemerdekaan. Jadi di sini digambarkan bagaimana Indonesia kala itu. Indonesia adalah negara bahari. Teman-teman pasti masih ingat kan, semboyan “Nenek Moyangku adalah Seorang Pelaut”.



       Di Area ini dipamerkan  hasil-hasil.rempah Indonesia. Seperti Pala, cengkih (ternyata bukan cengkeh), lada, kayu manis dan lainnya. Ada juga kapal dan alat-alat kapal. Di sisi selanjutnya, dipamerkan para pelaut tangguh dari negara-negera lain yang pernah mampir ke Indonesia.





     Saya pun lanjut melangkah.  Kali ini, saya memasukiarea zaman perdagangan. Di area ini ditampilkan diorama bagaimana orang bule bertransaksi di Indonesia. Patung-patungnyakeren lho,seolah-olah nyata. Saya takut saja dikerjain. Siapa tahu dikira patung, padahal.orang hehehe.




       Kita lanjutkan perjalanan, ya. Area selanjutnya adalah zaman penjajahan. Di dindingdipajang foto-foto zaman dulu. Termasuk.bangunan museum Bank Indonesia zaman dulu. Eh, di area ini ada yang keren juga, loh. Dilantaiada 4 lemari kaca berbentuk bundar.Isinya ada baju tentara Belanda, baju tentara Jepang, juga baju pejuang Indonesia.





      Nah, area selanjutnya adalah lahirnya.Bank.Indonesia. Begitu memasuki area ini, saya melihat logo-logo Bank Indonesia dari masa ke masa. Disini.juga ada diorama yang menggambarlan kegiatan orang bertransaksi.di bank. Keren lho.




     Saya terus semangat melangkah. Area selanjutnya adalah area.zaman Indonesia merebut kemerdekaan. Di sini juga ditampilkan diorama.setelah area ini, dilanjut area setelah kemerdekaan saat Indonesia membangun. Juga saat krisismoneter, saat banyak.banktutup
Area tetakhir, diorama-diorama tentang pentingnya menabung.








       Jadi museum Bank Indonesia ini menggambarkan tentang sejarah BankIndonesia hadir di Indonesia. Ruang pamernya keren. Kita seperti menyusuri sebuah lorong panjang. Suasananya remang-remang. Terus diiringi lagu bertema perjuangan yang dinyanyikan oleh bapak-bapak Saya jadi teringat Istana Boneka di Dufan Ancol hehehe.
       Puasmelihat-lihat, Sayalanjut melangkah Eh, di salah satu sisiada dipajang banyak telepon.  Sayasempat kager, karena salah satu teleponnya tiba-tiba bordering. Eh, tidak lama telepon lain ikut berdering dan bergerak-gerak. Saya tertawa geli sendiri hehehhe.



       Sehabis tertawa geli, sayalanjut melangkah. Dari sini, sayamemasuki ruang-ruang kerja pada pejawat Bank Indonesua. Meja, kursi dan pernak-pernik.lainnya masih aslisemua. Saya suka ukuran kursidan mejanya. Vintage.



        Lanjut darisini, ada area untuk santai. Saya bisa duduk sejenak. juga bisa nonton filmpengetahuan tentang seputar bank. Bisa menambah pengetahuan lagi, nih.


Begitu masuk.ke area selanjutnya, eh ternyata masih ruang kerja pejabat Bank Indonesia lagi. Di sini juga dipajang foto-foto orang-orang yang pernah memimpinBank.Indonesia.







       Keluar dari.sini, Saya masuk ke sebuah ruangan. Mungkin ini ruang rapat. Soalnya ada.meja besar yang dikelilingi banyak.kursi. Ada juga jam yang menyatu di tembok ruangan yang usianya sudah ratusan tahun, dan telepon berdiri. Juga ada beberapa alat dunia  pebankan yang ditampilkan. Saya senang, karena barang-barang yang dipamerkan ada informasinya juga. Pengetahuan saya jadi bertambah.



     Nah keluar dari ruangan sini, ternyata ada satu ruangan lagi. Saya langsung saja masuk. Ternyata tempat pamer uang. Dariuang kepeng, uang logam, sampai uang kertas. Bukan dari Indonesia saja lho. Tapi juga dari negara lain.
       Displaynya sangat menarik. Uang yang dipamerkan berada dalam kotak-kotak kaca. Di beberapa.kotak.kaca, malah disediakan kaca pembesar yang bisa digeser-geser. Jadi saya bisa melihat dengan jelas uang yangdipamerkan.




      
       Di salah satusisi, saya melihat ada pintu-pintu. Awalnya saya bingung, itu apa, ya? Pas saya tarik salah satu pintu. Voilaa... ternyata itu pintu kaca. Di dalamnya dipamerian uangdari negara-negara lain. Keren sekali.

                            
     
      Puas melihat koleksi uang, saya keluar dari area ruang pamer koleksi uang. Ternyata perjalanan saya dimuseum Bank.Indonesia.sudah selesai. Saya pun keluar dari gedung Bank Indonesia dengan hati senang.
       Ehm.. kira-kira saya mau kemana lagi ya? Penasaran kan? Yuk, ikuti terus perjalanan saya menyusuri Kota Tua,ya!

Bambang Irwanto

Serunya Wisata ke Kota Tua (Museum Seni Rupa dan Keramik)

$
0
0
Halo,  teman-teman...Masih semangat tidak, mengikuti jalan-jalan saya menyusuri wisata di kota tua?Nah, sebelumnya kan, saya sudah cerita, serunya saya menyusuri museum Bank Mandiri dan museum Bank Indonesia. Kali ini, saya akan melanjutkan perjalanan. Yuk, ikuti saya terus.
Setelah keluar dari museum Bank Indonesia, saya berbelok ke kanan jalan, lalu berjalan menyusuri trotoar. Matahari semakin terik, tetapi saya tetap bersemangat melangkah. Tujuan saya adalah ke kawasan museum Fatahillah.
Museum Fatahillah jaraknya sangat dekat kok, dari museum Bank Indonesia. Hanya sayangnya, pas mau menuju pintu masuk kawasan museum, saya kesulitan menyeberang jalan. Soalnya kendaraan mobil dan motor ramai sekali. Untung ada seorang petugas yang membantu saya dan orang lainnya yang ingin menyeberangkan jalan Kayaknya sih, di sini harus dibuat jembatan penyebrangan. Keren juga ya, kalau di bawah tanah kayak yang di halte kota tua itu.


Setelah menyeberang, saya memasuki wilayah museum Fatahillah. Eh, di sepanjang jalan, banyak orang-orang yang menjadi patung. Ada yang jadi pejuang, tentara Belanda, Noni-noni Belanda atau tokoh-tokoh terkenal di Indonesia. Jadi pengunjung yang boleh berfoto bersama. Nanti memberi uang serelanya. Apa ya, namanya? Hehehe. Di saya juga melihat banyak bola-bola besar di sekitar situ.
Wah.. ternyata kawasan ini sangat ramai. Pengunjung sangat banyak. Termasuk banyak juga turis mancanegara, lho. Malah tampak banyak anak sekolah asyik ngobrol dan berfoto dengan turis. Banyak juga orang yang naik sepeda ontel. Saat ke sana, ternyata di sisi kanan bagian depan museum Fatahillah sedang diperbaiki. Maka saya memutuskan ke museum Seni Rupa dan keramik dulu.

Museum Seni Rupa dan Keramik
                         
Di pintu gerbang, saya membeli tiket dulu. Harganya sama dengan tiket museum Bank Mandiri dan museum Bank Indonesia. Untuk umum 5 ribu rupiah. Setelah membeli tiket, saya pun segera masuk.
Pintu masuknya keren. saya sempat selfie-selfie di sini. 

                                              

Setelah itu, saya melangkah masuk ke ruangan selanjutnya. Ternyata ruangn pra sejarah. Banyak sekali benda-benda zaman kerajaan yang dipamerkan. Misalnya kerajaan Majapahit. Benda yang dipamerkan seperti guci, kendi, patung, dan lainnya.



Puas melihat benda yang dipamerkan di lantai bawah, saya tertarik naik ke ruang atas. Wah, tangganya keren sekali. Saya terpesona hehehhe. Hanya karena tangganya kecil, maka pengunjung naik atau turun saling gantian.


Ternyata di ruang atas ini ruang pamer lukisan. Salah satunya Bapak Raden Saleh. Banyak lukisan keren dipamerkan. Cuma sayangnya di ruangan ini sangat panas, walau sudah dipasang kipas angin. Mungkin karena tidak ada jendelanya. Sebentar saja, saya sudah keringatan. Saya juga deg-degan. Soalnya di pengumuman maksimal hanya 25 orang. Dan kayaknya sudah lebih . Makanya Saya pun buru-buru turun.



Saya lalu keluar dari ruangan itu. Saya mendapati sebuah taman. Lalu di pinggiran banyak dipajang karya seni. Sayangnya, bagian bawahnya sudah ada yang rusak. Padahal seni mahakarya ini.



Saya lalu masuk ke sebuah ruangan. Begitu masuk, Saya melihat keramik-keramik yang dipamerkan dalam sebuah lemari kaca besar. Lanjut melangkah, ruangn pamer lukisan. Di sini pun banyak dipamerkan lukisan dari pelukis terkenal Indonesia. Salah satunya Bapak Popo Iskandar. Ada lho, lukisan beliau tahun 1975. Jadi sudah sekitar 41 tahun.


Hanya sayangnya, banyak lukisan yang tidak diberi pelindung kaca. Jadi pengunjung bisa bebas menyentuh lukisan. Kalau ada orang yang usil, kan lukisan bisa rusak.
Puas melihat lukisan, saya keluar ke area taman tadi. Saya duduk bersantai sejenak. Eh, ada fasilitas wifi.id. Jadi yang mau internetan, bisa sambi duduk melepas lelah di sini.
Puas istirahat, Kurcaci Pos melangkah keluar. Eh.. ternyata masih ada satu ruangan lagi. Namanya Jati Diri di sisi kiri pintu masuk, ada miniatur gedung museum seni rupa dan keramik. Setelah foto, saya pun melangkah masuk.

Saya melihat banyak lukisan dipamerkan di ruangan ini. Yang menarik perhatian saya adalah aneka bunga yang ditaruh di atas beberapa petapi atau tampah. Wangi semerbak bunga. 





Setelah puas melihat-lihat, saya pun keluar. Eh, di sudut kiri gedung ada bangunan berkaca. Di dalamnya ada dua kereta kencana kerajaan. Tentu saja saya mendekat, lalu jepret-jepret untuk kenang-kenangan hehehe…



Pas keluar dari pintu gerbang museum seni rupa dan keramik, ternyata halaman kawasan museum kota tua semakin ramai. Saya tercenung sejenak. Ehm… kira-kira saya akan ke mana dulu ya? Jangan lupa mengikuti terus pejalanan saya menyusuri wisata di kota tua, ya...

 Bambang Irwanto

Serunya Wisata ke Kota Tua (Museum Fatahillah)

$
0
0
Salam, teman-teman...
Tidak sabar ingin melanjutkan jalan-jalan di kota tua Jakarta bersama saya, kan? Pastinya hehehe….
Nah, setelah ke museum Bank Mandiri, museum Bank Indonesia, dan musemum Seri Rupa dan Keramik, kali ini saya akan ke museum Fatahillah yang letaknya masih satu kawasan. Jadi saya tidak perlu berjalan jauh-jauh lagi. Yuk, kita lanjutkan perjalanan.



Museum Fatahillah
Setelah selesai berkeliling di museum Seni Rupa dan Keramik, Saya segera melangkah keluar halaman. Wah.. ternyata pelataran semakin ramai saja. Mungkin karena sudah masuk hari libur (sabtu siang), maka pengunjung semakin ramai. Sebelum masuk ke museum Fatahillah, saya memutuskan untuk berkeliling pelataran dulu. Apalagi hari masih siang.

Saya sangat tertarik dengan sepeda ontel warna-warni. Helm dan topinya juga warna-warni. Senada dengan warna sepedanya. Misalnya sepeda ontelnya warna hijau stabilo, topi dan helmnya juga. Sepeda itu disewakan lho. Jadi kalau teman-teman mau naik sepeda keliling pelataran museum, bisa sewa. Setengah jam 20 ribu, sedangkan 1 jam 35 ribu. Lalu jangan lupa foto-foto hehehe…
   
                                

Saya juga tertarik melihat banyak sekali bola-bola batu. Sepertinya ini peluru meriam. Waduh, saya membayangkan kalau bola-bola batu itu kena sesuatu. Mobil saja bisa penyok hehehe.
Ada juga gedung kantor pos di kawasan ini. Bahkan masih beroperasi, lho. Wow.. kotak suratnya masih zaman belanda lho. Saya membayangkan, zaman dulu orang-orang ramai memasukkan surat ke dalam bus surat ini.



Saya lalu berjalan ke sisi kiri. Di sisi banyak orang yang menjadi patung karakter. Ada tokoh Pak Soekarno, Pak WR Supratman, juga tokoh-tokoh lainnya. Banyak orang yang ingin foto bersama. Nanti setelah berfoto, silakan memberikan uang serelanya saja.


Eh, di dekat sini juga ada Meriam. Saat saya memandang ke sekeliing, ternyata ada beberapa meriam juga yang berada di pelataran museum ini. Sayangnya pengunjung banyak yang nakal. Mereka asyik berpose dengan naik di atas meriam. Padahal petugas sudah memperingatkan dari pengeras suara. Kalau meriam rusak atau patah kan, sayang sekali.
Puas berkeliling pelataran museum, saya pun memutuskan untuk masuk ke museum Fatahillah. Saat berjalan ke sana, saya berhenti sejenak untuk melihat benda-benda atau tempat yang saya lewati.

                        

Sampai di depan pintu masuk museum Fatahillah, saya sempat bingung. Di mana tempat membeli tiketnya? Setelah saya bertanya, ternyata tempat penjualan tiketnya di sebelah kiri gedung museum Fatahillah. Saya pun bergegas membeli tiket. Tiketnya sama. Untuk umum 5 ribu. saya pun segera masuk.
Begitu masuk, saya langsung disambut oleh penyekat ruangan yang keren. Bahkan di atas pintu juga ada. Begitu melewati pintu, ada sebuah lukisan besar tentang masa perjuangan. Para pengunjung rata-rata berfoto di area ini. Temasuk saya, dong.. hehehe. Ada senjata dan tombak yang ikut dipamerkan juga.



Lanjut ke ruang berikutnya, ada patung Pangeran Jayakarta. Ada juga meriam dan mimbar yang model dan ukirannya sangat keren. Saya pun meneruskan melihat sekeliling museum.



Setelah puas melihat benda-benda di lantai bawah, saya lalu naik ke lantai atas. Wih.. tangganya keren sekali. Di sisi kanan dan kiri tangga, ada patung berbentuk hewan. Ehm, ini hewan apa, ya? Sepertinya tangga ini dibuat bergaya negeri China. Model dan ukirannya sangat keren.


                            
Saya sangat semangat menapaki anak-anak tangga. Wow.. begitu masuk, Saya langsung terkagum-kagum melihat lemari buku besar. Keren sekali. Saya mebayangkan, seandainya rak-rak buku ini ada di rumah saya. Akan saya atur-atur buku-buku koleksi saya. 
Di depan rak buku ada seperangkat meja dan kursi. Kayaknya ini dulu ruang baca, atau bisa juga ruang rapat. Voila… ada juga penyekat ruangan yang sangat keren.




Eh, di sini udaranya sejuk. Soalnya jendelanya besar-besar dan terbuka juga. Dari jendela sini, saya bisa melihat pelataran museum yang tadi saya kelilingi. Lihatlah, suasana semakin ramai, Kan?


Saya lanjut melangkah. Saya menemukan sekat ruangan yang lagi. Pas saya nengok ke atas, voila, ada ornamen patung. Keren sekali. Selanjutnya ada seperangkat kursi dan meja lagi. Ada juga tempat tidur antik lengkap dengan lemarinya.




Saya pun terus menyusuri museum Fatahillah. Sungguh, saya terkagum-kagum dengan semua benda-benda yang dipamerkan. Saya pun jadi mengenal sejarah bangsa Indonesia. Pokoknya saya puas sekali melihat benda-benda bersejarah.







Puas melihat-lihat di lantai dua, saya turun kembali. Setelah itu lalu keluar. Eh pas keluar, saya melihat ada bekas penjara wanita. Tentu saja saya tidak melewatkan tempat ini.
Ternyata di dalam dipamerkan banyak tutup lampu, keramik dan botol-botol. Bahkan ada juga di lantai dua. Saya pun seegra naik dan melihat benda-benda yang dipamerkan di sana. Puas melihat, saya keluar dari sini.






Pas keluar saya melihat beberapa orang berkerumun. Sepertinya ini sumur. Di dekat situ ada patung Dewa Hames. Dan ternyata ada penjara lagi. Saya bergegas ke sana.



Ya ampun… penjaranya langsung membuat saya meringis. Penjaranya pendek, sempit, dan pengap. Saya harus merunduk saat masuk melihat. Banyak sekali bola-bola besi. Pasti ini digunakan sebagai pemberat rantai tahanan. Pas mau keluar, saya lupa mengangkat kepala. Buuuk… kepala saya kejedot. Duh… lumayan sakit hehehe…. Saya pun bergegas keluar, karena tidak kuat lama-lama. Saya jadi membayangkan, betapa menderitanya orang yang dulu ditawan di penjara itu.



Uuwah… leganya.. Saya pun menghirup udara bebas dulu. Kemudian saya duduk-duduk sejenak di halaman belakang museum Fathahillah. Di situ banyak disediakan tempat duduk. Pengunjung juga bisa melepas lelah. Di sini juga ada musala dan toilet. Saya pun istirahat sejenak di sini.

Setelah lelah saya hilang, saya pun siap melanjutkan perjalanan Ehm… Kira-kira saya mau kemana lagi, ya? Ikuti terus perjalanan saya, ya...
Bambang Irwanto



Serunya Wisata ke Kota Tua (Museum Wayang)

$
0
0
Salam, teman-teman .Tidak terasa ya, seminggu sudah berlalu. Eh, jumpa lagi dengan saya hehehe. Sudah 4 minggu teman-teman mengikuti jalan-jalan seru saya ke kawasan kota tua Jakarta.
Seru tidak? Pastinya seru Hehehe. Soalnya saya bisa mengetahui sejarah Bangsa Indonesia. Bagaimana kalau kita lanjut saja, yuk! Nah, setelah sebelumnya saya sudah ke museum Bank Mandiri, museum Bank Indonesia, Museum Seni Rupa dan Tekstil, serta Museum Fatahillah, kali ini saya akan mengajak teman-teman ke Museum Wayang. Yuk, kita barangkat saja!

Museum Wayang


Setelah keluar dari Museum Fatahillah, saya melanjutkan ke museum Wayang. Museum ini jaraknya dekat sekali dari Museum Fatahillah. Tidak sampai 5 menit juga sampai. Soalnya masih satu kawasan juga.
Seperti biasa, saya membeli tiket dulu. Harga tiketnya sama, untuk umum seharga 5 ribu. Penjualan tiketnya, tepatnya di pintu masuk Museum Wayang. Saya pun segera membeli tiket, dan melangkah memulai petualangan di museum Wayang. Wow.. baru masuk saja, saya sudah disambut patung burung dari perak. Keren sakali. 


Di situ juga ada patung tokoh pewayangan . Jadi memasuki area museum ini, kita seperti melewati sebuah lorong. Di sisi kanan dan kiri, ada lemari-lamari kaca berisi wayang. saya pun jalan berlahan saja, biar bisa menikmati semua wayang yang dipajang.




Lepas melewati lorong tadi, saya sampai di sebuah area taman.  Para pengunjung bisa bersantai sejenak di area ini. Ada beberapa batu bertulis. Sepertinya tulisan Belanda atau apa. Saya tidak mengerti artiya hehehe...





Saya pun lanjut melangkah. Kali ini, saya melihat wayang-wayang golek dari berbagai daerah di Indonesia. Wih.. ada wayang yang agak seram. Banyak pengunjung yang bergidik saat melihatnya.



Puas melihat di area ini, saya melewati tangga, lalu turun ke ruangan yang letaknya di bawah. Beberapa lemari kaca juga dipajang yang berisi aneka wayang. Eh, di sini ada ruangan wayang juga. Sayangnya, pas saya datang, ruangan ini tidak sedang terbuka. Jadi saya hanya bisa mengintip saja dari luar. Tapi jangan khawatir, di area ini, masih banyak dipamerkan juga wayang-wayang kok.




Saya pun terus menyusuri museum. Wah.. ternyata di museum ada aneka wayang dan dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai wayang kulit, wayang golek, wayang kertas, dan dari aneka bahan lainnya.
Bukan hanya wayang dari Indonesia yang dipamerkan. Wayang –wayang dari luar negeri juga ada. Dari Amerika, Rusia, Belanda, Jepang, China. Pokoknya masih banyak lagi. Pokoknya puas melihat wayang-wayang dari seluruh dunia.




Eh, ada boneka si Unyil juga. Boneka si Unyil ini berada sebelum lorong keluar museum. Jadi begitu mau keluar, kita melewati lagi sebuah lorong dengan jalanan menurun. Di sisi kiri ada lemari kaca juga berisi wayang-wayang.






Setelah melewati lorong, saya menyusuri jalan menurun lagi sebelum keluar museum. Ada lho, toko yang menjual cindera mata wayang. Jadi kalau teman-teman ingin membeli wayang, bisa membeli di sini. Di depan toko cindera mata, ada alat musik yang dipajang.





Wah.. puas sudah saya mengunjungi 5 museum di kawasan kota tua ini. Karena hari agak  mendung, maka kurcaci memutuskan pulang saja. Eh, di jalan keluar banyak penjual makanan dan minuman. Ada juga penjual tongsis alias tongkat narsis. Malah ada juga delman. Jadi kalau teman-teman mau jajan, butuh tongsis, atau naik delman, bisa di area ini.



Busway Wisata Gratis
Waktu mau menyebarang jalan, saya melihat banyak kerumunan orang di jalan. Waktu saya tanya, mereka sedang apa, katanya lagi menunggu busway tingkat. Wah, saya jadi ingin ikut naik. Supraisnya lagi, tidak bayar. Maka saya pun segera ikut mengantre.





Begitu busway tingkat datang, saya segera masuk ke bus sesuai antrean. Wih.. saya dapat tempat duduk di atas, sesuai harapan saya. Asyik..asyik... saya bisa lihat pemandangan dari atas.

                      

Busway tingkat pun melaju. Jadi jalurnya adalah kota tua menuju monas. Melewati jalan Gajah Mada, Hayamwuruk, Harmoni, Juanda, lalu ke Monas. Walau gratis, penumpang tetap dikasih karcis. Kemudian ada lho, pemandu wisatanya.


Sepanjang jalan Kurcaci Pos menikmati naik busway tingkat ini. Kurcaci Pos jadi terkenang masa kecil. Dulu juga pernah naik bus tingkat seperti ini di Makassar. bayarnya 50 perak hehehe.
Tidak terasa, Bus tingkat sudah melewati harmoni, lalu belok ke kiri terus melewati Pasar Baru. Dari situ berbelok ke kantor pos. Kata petugasnya, Bus akan berhenti sejenak di Juanda depan masjid Istiqlal, sebelum akhirnya ke Monas.
Wah, Saya memutuskan untuk turun di depan kantor pos. Dari situ, saya ke Halte busway terdekat. Langsung menuju rumah Kurcaci Pos.
Wah, seru sekali perjalan saya seharian itu. Lelah tidak terasa. Dari perjalanan singkat ini, saya jadi mengetahui sejarah bangsa Indonesia. Besok, saya mau jalan-jalan lagi. Jadi ikuti terus jalan-jalan saya, ya!
Bambang Irwanto


Penulis Pun Perlu Asuransi Jiwa

$
0
0


Sejak memutuskan jadi penulis freelance 12 tahun yang lalu, maka otomatis aktivitas sehari-hari saya lebih banyak menulis. Persentasenya 70-30. 70 persen menulis, 30 persen untuk kegiatan lainnya, termasuk urusan ini itu. Bahkan di saat waktu liburan pun, saya harus menulis. Logikanya, semakin banyak menulis, maka semakin banyak tulisan yang saya hasilkan. Maka semakin banyak pula hasil menulis yang saya dapatkan.
Namun tidak bisa dipungkiri, penghasilan dari menulis memang tidak menentu. Ada kalanya banyak job menulis, tulisan di muat di media, royalti buku banyak, atau lainnya. Namun terkadang, penghasilan tidak banyak. Walau sampai saat ini, Alhamdulillah rezeki menulis selalu ada, dan patut saya syukuri. Makanya saya pun harus giat mencari peluag menulis, juga pintar mengatur keuangan keluarga. Jadi istilahnya, biar dapur terus ngepul.
Kegiatan menulis itu sangat berkaitan dengan kesehatan. Bagi saya kesehatan memang nomor satu. Percuma sejuta ide brilyan, tapi kalau sedang sakit, maka semuanya jadi percuma.
Makanya saya mulai berpikir untuk mengikuti asuransi jiwa. Setiap pekerjaan pasti ada resikonya, dan saya harus bersiap menhadapi sesuatu terjadi yang tidak saya inginkan. Apalagi sebagai kepala rumah tangga, saya pun harus memikirkan anggota keluarga saya.
Setelah mencari info tentang asuransi jiwa, saya menemukan asuransi jiwa yang cocok untuk saya, yaitu asuransi jiwa berjangka atau Term Life Insurance. Sesuai dengan namanya, tentu saja jenis asuransi jiwa ini memiliki masa berlaku dan masa expired . Makanya saya bebas memilih jangka waktunya. Misalnya 5, 10 atau 15 tahun. Sesuai kesepakatan dengan perusahaan asuransi jiwa.
Selain bebas memilih jangka waktu, saya juga bebas menentukan premi yang akan saya bayarkan setiap bulan. Dan setelah mencari info, memang asuransi jiwa berjangka ini, harga preminya terjangkau dan bisa disesuaikan dengan penghasilan kita.
 Seperti yang saya katakan tadi, penghasilan menulis saya kadang tidak menentu. Jadi saya harus mencari asuransi jiwa yang preminya bisa saya jangkau. Kenapa lebih murah dari asuransi jiwa lainnya? Karena adanya masa kontrak. Jadi asuransi jiwa tidak berlaku lagi setelah jatuh tempo. Walaupun biaya premi yang dibayarkan tergolong rendah, ternyata uang pertanggungan yang diperoleh cukup besar, bahkan mencapai milyaran rupiah
Biar lebih jelas, berikut saya berikan gambarannya.
Misalnya Pak Ahmad membeli asuransi jiwa dengan masa kontrak 15 tahun. Di tahun ke 10, Pak Ahmad mengalami “Kejadian yang tidak diinginkan”. Maka perusahaan asuransi akan membayar uang asuransi kepada Pak Ahmad.
Tapi bila dalam janga waktu 15 tahun Pak Ahmad tidak mengalami “kejadian yang tidak diinginkan” atau tetap sehat dan bisa mencari nafkah, maka uang asuransi itu akan hangus.
Wah, berarti saya rugi ikut asuransi jiwa berjangka ini?
Kalau saya selalu menyadari, segala sesuat itu ada kelebihan dan kekurangan. Termasuk jenis asuransi jiwa berjangka ini. Istilahnya, saya membeli sesuatu, yang mungkin tidak berguna bagi saya.
Tapi saya ‘sedia payung sebelum hujan’. Bagi saya, tidak ada salahnya menyiapkan sesuatu. Saya pun selalu berharap, Insya Allah tidak terjadi “Sesuatu yang tidak saya inginkan”.  Saya pun berharap selalu sehat walafiat. Kalau misalnya nanti asuransi jiwa berjangka yang saya beli hangus, saya masih bersyukur, karena saya masih terus sehat. Dan saya percaya, akan mendapatkan rezeki yang lebih banyak lagi, Aamiin...
Demikian gambaran asuransi jiwa yang jadi pilihan saya. Semoga tulisan ini memberi sedikit penjelasan. Silakan teman-teman menyesuaikan asuransi jiwa yang pas untuk teman-teman.

Bambang Irwanto

Cara Berburu Oleh-oleh Khas Indonesia

$
0
0
      
Sumber : IG Batik Keris
     Kalau ada teman yang cerita soal liburan, pikiran saya pasti langsung keingat oleh-oleh. Liburan tanpa bawa oleh-oleh, bagaikan sayur tanpa garam hahaha.... Itu bisa-bisa saja saja. Dan kalau liburan seputar Indonesia, pasti bawanya oleh-oleh khas Indonesia
     Bicara soal oleh-oleh khas Indonesia, pasti tidak akan ada habisnya. Dari Sabang sampai Merauke, dan setiap daerah punya oleh-oleh khas. Dari makanan, minuman, sampai cinderamata. Ada aneka kain tenun, batik, kerajina perak, ukiran, dan lainnya. Dan semua itu wajib diburu hehehe...
     
Sumber : IG Batik Keris
     Nah, kali ini, saya ingin berbagi tips berburu oleh-oleh khas Indonesia. Siapa tahu ada yang lagi siap-siap berburu oleh-oleh.

Membeli Langsung
     Cara pertama, tentu tentu saja membeli langsung di daerah yang dikunjungi. Sudah berada di sana, maka tidak boleh lupa memburu oleh-olehhehehe. Dan biasanya, sebelum liburan, banyak orang yang sudah menyiapkandana khusus untuk membeli oleh-oleh. Tidak ketinggalan juga menyiapkan dana kelebihan bagasi. Ini bagi yang liburan menggunakan transportasi umum, ya.

Sumber : Batik Keris
        Berburu oleh-oleh khas Indonesiaini, bisa dilakukan dengan 2 cara. Cara pertama langsung membeli di tempat lokasi wisata. Misalnya saat ke kawasan batik, bisa langsung membeli batik. Saat mengunjungi kota gede, bisa membeli kerajinan perak.
       Cara kedua, langsung menuju pusat penjualan oleh-oleh. Ini biasanya dilakukan, saat kita lupa, atau tidak sempat membeli saat di lokasi wisata. Setiap daerah, pasti ada kawasan khusus pusat penjualan oleh-oleh. Misalnya di Makassar, ada jalan Somba Opu. Di jalan ini, sepanjang jalan banyak tokoh menjual oleh-oleh. Kalau tidak ada kawasan khusus, pasti banyak toko-toko yang khusus menjual oleh-oleh khas.

Menitip
        Kedua, dengan cara menitip pada saudara atau teman atau kerabat yang kebetulan mengunjungi daerah tersebut. Hanyajangan lupa, perjalas detailnya, barang apa yang akan dititip.

Sumber : Batik Keris
        Kalau makanan atau minuman, perjelas mereknya apa. Karena biasanya kan banyak merek. Misalnya bakpia, sirup markisa, dan lainnya. Kalauperlubisa kasih luhat fotonya. Hal ini sering saya lakukan. Misalnya saat saudara ke Solo, saya titip batik. Saat teman ke Makassar, saya titip sarung sutera.
        Nah, jangan lupa siapkan uang jasa titip atau jastip. Kalau memang ada, tanyakan jelasberapa jastipnya. Jangan main titip-titip saja. Agar tak ada dusta diantara kita. Halah.. hahaha

Membeli online
        Bila teman-teman belum sempat liburan atau menitip, Maka bisa kok membeli secara online. Sekarang sudah banyak toko online menjual oleh-olehkhas Indonesia. Jadi teman-teman bisa memilih. Tapi tentu saja harus siapkan juga ongkirnya. Walau ada juga yang gratis ongkos kirim.

Salah satu Olshop oleh-oleh khas Indonesia
       Pilih Olshop yang terpercaya, karena biasanya produknya terjamin kualitasnya, harga sesuai barang. Juga paket dikemas rapi dan pengiriman sesuai.
Bisa kok, membanding-banding harga. Karena biasanya ada dua toko yang menjual barang yang sama, tapi harga berbeda. Tapiadajuga, barangitu hanyadijual di satu  toko saja.
     Nah, demikian tips dari saya, cara memburu oleh-oleh khas Indonesia. Semoga bermanfaat, ya. Selamat berburu oleh-oleh khas Indonesia, teman-teman. Jangan lupa kirim-kirim ke saya, ya.. hehehe.


Bambang Irwanto
Viewing all 879 articles
Browse latest View live