Saat Tengah Hari Menyusuri Benteng Pendem Cilacap - Sudah lama saya ingin ke Benteng Pendem Cilacap. Apalagi dari foto-foto yang saya kepoin di instagram, lokasinya sangat menarik. Ditambah lagi, para tetangga saya pernah mengadakan tur bareng ke sana. Maka semakin membaralah semangat saya untuk ke Benteng peninggalan Belanda itu.
Akhirnya senin, 25 November 2019 saya sudah ancer-ancer mau ke sana. Padahal rencananya hari sabtu atau minggu, tapi ada saja urusan. Maklum seleb, ya banyak urusan hahaha. Makanya saya sudah tekadkan dengan bulat, senin harus berangkat jalan-jalan hahaha.
Tapi ternyata, senin pagi sekitar setengah 6, itu hujan turun dengan deras. Waduh.. bisa gagal lagi nih, acara jalan-jalan saya. Doa pun saya panjatkan, semoga hujan segera berhenti. Dan Alhamdulillah menjelang pukul 8, hujan sudah reda. Maka saya pun melajukan motor saya dari Gombong kebumen menuju Cilacap. Kalau tidak salah jaraknya sekitar 57 kilometer.
Saya memang agaknya kurang beruntung. Sepanjang perjalanan, ternyata hujan gerimis masih menyapa saya di beberapa titik jalan. Lalu Pas masuk wilayah Buntu Banyumas, eh... cuaca tak hujan deras datang menyapa. Saya pun terpaksa berhenti menunggu sedikit reda. Walau saya bawa jas hujan yang jaket dan celana, tapi tetap saja pasti basah.
Hampir pukul 10, hujan agak sedikit reda. Sejak saya Bambang Bimbang Marhambang hahaha. Antara mau kembali ke rumah atau lanjut ke Cilacap. Akhirnya setelah merenung sejenak, menimbang, dan memutuskan, saya lanjut ke Cilacap. Sayang sih, sudah jauh perjalanan hehehe.
Gerimis tetap menemani sepanjang perjalanan saya dari Sampang sampai pertigaan yang lurus ke Adiluhur dan belok kanan ke Cilacap. Syukurlah setelah itu, matahari mulai kembali menyapa.Tapi.. sekalinya menyapa.. teriiiiiiik banget. Puanasss pool. Kulit saya yang diperam selama seminggu biar agak bersihan, langsung keling hahaha.
Tapi saya tetao semangat kok. Dan saya memang selalu merasakan sensasi berbeda saat akan mengunjungi suatu tempat yang baru. Padahal saya hanya berbekal alamat saya, dan andalan saya adalah tanya orang-orang sepanjang jalan.
Tapi.. saat itu, barulah saya tersadar sesuatu. Alamak.. tripod saya ketinggalan. Wah, bagaimana saya bisa pose-pose, nih? hahaha. Akhirnya saya hanya busa pasrah. Saya yakin bisa mensiasatinya.
Akhirnya saya sampai juga di area pantai. Wah, kayaknya akan dekat nih. Apalagi sesuai petunjuk, saya sudah melewati PLTA, lalu belok kanan lurus ikuti jalan. Lalu di jalan bercabang, saya tetap ambil kiri yang menuju pelabuhan ikan.
Cilacap ini memang pusatnya ikan. Makanya saat memasuki area, sudah tercium bau ikan. Saya pun belok kanan, lalu belok kiri, belok kanan lagi melewati jembatan. Heppi juga melihat banyak perahu-perahu nelayan yang rata-rata berisi muatan ikan.
Setelah belok kiri lagi, tidak lama saya melihat gerbang bertuliskan Pantai Teluk Penyu. Tampak sebuah loket di sisi kanannya. Tapi kok loket Pantai Teluk Penyu? Benteng Pendemnya mana?
Ternyata area Benteng Pendem itu letaknya di pesisir Pantai Teluk Penyu. Benteng Pendem ini dibangun tahun 1861di area seluas 6,5 hektar. Pembangunannya pun secara bertahap, dari tahun 1861 sampai tahun 1879. Cukup lama juga ya, sekitar 18 tahun.
O, iya. Tiket masuk ke Pantai Teluk Penyu tadi 7500 rupiah + 2000 rupiah untuk parkir. Tapi Mas loketnya menggenapkan 10 .000 rupiah.
Saya makin heppi saat memasuki area Pantai Teluk Penyu. Dan saya baru tahu, ternyata, di sini ada Pertamina. Dan Benteng Pendem itu termasuk satu area dengan Pertamina. Duh, ke mana saja saya hahaha
Akhirnya sampai juga saya di lokasi Benteng Pendem. Saya pun segera Saya pun membelokkan motor saya memasuki parkiran Benteng Pendem. Saya pun segera memngecek kembali perlengkapan, mana saja yang masuk ke rangsel dan mana saja yang ditinggal.
![]()
Dan saaat saya buka bagasi motor.. jreng-jreng.. saya menemukan tripod kecil saya. Hahaha.. saya jadi tertawa sendiri. Selamatlah saya. Walau tidak bisa diandalkan seperti tripod saya yang satu, satidaknya tripod ini bisa jadi dewa penolong.
Setelah itu, semua alat tempur siap, saya bergegas menuju pintu masuk yang sebelah kanannya adalah loket. Seorang Mas-Mas langsung menyapa saya. Harga tiketnya 7500 rupiah.
Sebelum mengitari Benteng Pendem, saya duduk sejenak di salah satu gazebo yang banyak di area benteng. Walau banyak pohoh, tapi cuaca memang lagi panas-panasnya. Saya pun pasrah kalau nantinya pulang tambah keling hahaha.
Cukup 10 menit melepas lelah, sambil ganti kostum buat pemotretan hahaha. Saya pun mulai menyusuri Benteng Pendem ini. Jadi begitu masuk gerbang bambu, ini belum termasuk dalam benteng. Makanya hanya tampak taman. Ada juga patung dinosaurus.
Lepas taman, saya baru memasuki sebuah pintu menuju dalam benteng. Begitu masuk, saya langsung melihat barak-barak. Pastinya di sini barak para tentara. Saya langsung membayangkan hebohnya suasana barak. Soalnya pasti satu kamar diisi beberapa tentara. Saya pun langsung pose-pose di tempat ini hahaha.
Selesai melihat area barak, saya pun kembali berjalan menyusuri area benteng. Di tengah benteng tampak area lapang yang kini dijadikan taman. Lalu tampak denah Benteng pendem mulai dari pintu masuk tadi. Keren nih, jadi pengunjung lebih mudah menentukan arah menjelajah.
Saya pun memutuskan untuk mengikuti alur denah. Saya berbelok ke kiri, dan mendapati bangunan untuk ruang Klinik. Ruangan ini hanya terdiri dari satu pintu besar dan satu pintu agak kecil. Lah.. kok tidak ada jendelanya? Apa dulu tidak pengap ya? Hehehe..
Dari ruang klinik, saya berjalan sekitar 300 meter. Nah sesuai denah, di area ini ada perlindungan, lalua da ruang perwira, Ruang Akomodasi, Ruang Penjara, dan Gudang Senjata.
Nah, dari padangan saya, hanya melihat Ruang Akomodasi yang dari luar terlihati hanya terdiri dari satu pintu saja dan dua lubang kecil yang sepertinya untuk lubang angin. Ehm.. masih wajar ya, soalnya paling diiisi alat-alat akomodasi.
Lalu ruang perwiranya di mana ya? Nah, itulah kesalahan saya. Saya kok lupa memeriksa masuk. Saya terlalu fokus pada tangga biasa dari batu, dan bidang miringkayak seluncuran. Saya mengira itu sebagai jalur lalu lintas akomodasi dari atas ke bawah atau sebaliknya.
Pindah ke ruang yang berada di tengah yaitu ruang penjara. Ruangan ini pintunya ada 4 dengan satu jendela di tengah. Pas saya masuk, itu ruangannya sempit dan pengap. Tapi ini masih mending dibandingkan ruang penjara yang ada di museum Fatahillah Jakarta.
Pindah ke gudang senjata, ini malah kebalikan dari ruanh penjara yang 4 pintu 1 jendela. Gudang senjata malah terdiri 4 jendela dan 1 pintu. Saya menduga, keluar masuk senjata bisa lewat jendela-jendela itu hehehe.
Walau udara semakin panas, tapi tidak menyurangi semangat saya menyusuri Benteng Pendem ini. Saya pun tertarik pada terowongan. Pas saya masuk, itu ada yang bercabang ke terowongan lain, ada yang mengarah ke luar tapi masih area benteng. Hanya saya memutuskan tidak menyusuri. Soalnya saya sendiri hehehe.
Dari area terowongan ini, saya banyak mendapat angle bagus. Baik dari temboknya atau pun jendela bundarnya. Dan ternyata setelah saya sudah meninggalkan lokasi, dan melihat lagi denahnya, ternyata ada ruang rapat di sana. Wajar kalau ruangannya tersembuyi jauh di dalam terowongan. Kan rapat mengatur siasat hehehe.
Di depan terowongan ini tampak daerah pertahanan. Makanya ada unduk-undukan. Lalu yang saya suka, di depannya itu parit yang suasananya saat eksotis untuk view foto. Apalagi kalau obyeknya berada di air. Hanya seperti yang saya ceritakan tadi, kalau tripod utama saya ketinggalan, dan kalau pakai tripod kecil ini sangat beresiko. meleng dikit, jatuh ke air, nangis bombaylah saya hape ganti LCD lagi hahaha.
O, iya. Di sekitar banyak juga terdapat sumur. Saya bahkan sempat duduk-duduk di salah satu dekat sumur. Pas saya menengok, kok kayaknya sumurnya dangkal, ya. Tapi cukup eksotis juga buat view foto hehehe.
Setelah istirahat sejenak, saya pun lanjut melangkah. Eh.. ternyata di sini ada 5 ruangan yang sesuai denah yaitu, 3 ruang penjara, dan 2 ruang senjata. Tapi ternyata ruangan paling kiri tertulis ruang Amunisi. Nah, lho? Ruang Penjara atau Ruang Amunisi? Hehehe.
Di sini juga ada tembok yang dibangun miring. Saat saya sedang istirahat. Eh.. tiba-tiba ada seekor kancil yang turun dari atas. Apa dia sedang mencari timun ya? Hahaha.
Setetelah melewati 5 ruangan ini, jalanan agak menanjak ke atas. Nah dari sini tampak ada jembatan dan parit. Pastinya parir itu digunakan sebagai area pertahanan juga ya, biar musuh tidak langsung memasuki benteng. Tapi sekarang parit digunakan unruk wisata perahu bebek.
Di atas sini juga ada tempat duduk. Jadi asyik juga melihat pemandangan dari atas. Saya malah membayangkan asyik jjuga nulis di sini. Apalagi tidak jauh dari area ini, tampak juga sebuah warung. Jadi kalau mau tinggal mesan hahaha.
Hanga yang menarik perhatian saga adalah ruang-ruang yang dibangun berjejer. Saya pun langsung menuju ke sana. Namu saya penasaran, ini area apa, ya? Soalnya tidak ada di denah hehehe
Akhirnya kelar juga saya menyusuri benteng Pendem ini. Saya pun bergegas keluar. Menyenangkan sih, menyusuri Benteng Pendem ini. Hanya sayangnya, saya tidak menemukan papan-papan informasi tentang setiap ruangan. Jadi para pengunjung bisa tahu. Apalagi bagi anak-anak sekolah, ini sangat penting.
Tapi walau begitu, Benteng Pendem termasuk bagian dari sejarah bangsa Indonesia. Jadi harus dirawat dan dijaga. Apalagi sudah masuk cagar budaya. Agar bisa terus dilihat oleh anak cucu kelak. Banyak sekali view-view foto.
Hanya saya sarankan kalau ke sini, pakainya baju polos, biar fotonya makin menarik. Soalnya kan, dinding benteng sudah ada aksennya. Baik dari batu batanya, dinding yang berlumut, atau ornamen semennya.
Sekitar pukul setengah 3, saya ebrgegas keluar dari lokasi Benteng Pendem. Saya pun membayar parkiran 3 ribu. Tapi sebelum pulang, saya santai sejenak di Pantai Teluk Penyu. Sayang saya kesorean, jadi tidak bisa menyebrang ke Nusakambangan. Next time, saya akan kembali lagi.
Bambang Irwanto.